Jakarta – Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan diskusi kelompok terfokus (DKT) melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kmendikbudristek).
Acara yang digelar pada 28-29 Agustus 2023 di Century Park Hotel, Jakarta ini bertujuan untuk melihat hubungan Jalur Rempah Indonesia dengan India, Timur Tengah, dan Tiongkok.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Irini Devi mengatakan, poros perdagangan global Asia, India-Timur Tengah-Nusantara-Tiongkok telah meninggalkan jejak peradaban yang signifikan dari perairan India dan Pasifik.
“Jalur Rempah telah melahirkan beragam ilmu pengetahuan dan budaya yang tidak hanya menjadi warisan bagi Indonesia, tetapi juga warisan bagi dunia,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Senin, 28 Agustus 2023.
Irini mengatakan, kerja sama dengan India, Timur Tengah, dan Tiongkok serta integrasi Jalur Rempah merupakan rencana menjadikan jalur budaya ini sebagai bagian dari warisan dunia.
“Hubungan ini mencerminkan perubahan budaya dan menjaga keterhubungan yang kuat antar wilayah selama berabad-abad melalui keterhubungan air, ekonomi, agama, seni dan budaya,” ujarnya.
Oleh karena itu, diperlukan kajian yang serius untuk mengetahui sejauh mana hubungan dagang antara masyarakat lokal dan internasional di masa lalu, apa dampaknya terhadap budaya, seni, bahasa, ilmu pengetahuan, dll. Dia melanjutkan.
Focus Group Discussion ini dilakukan untuk menganalisis hubungan Nusantara dengan India, Timur Tengah dan Tiongkok serta perdagangan barang dengan menggunakan sumber sejarah dari penemuan arkeologi sebelumnya.
Berbeda dengan masa kolonial yang terekam dalam buku dan ilustrasi, peristiwa-peristiwa pada masa Masehi dan Masehi (prakolonial) hanya berupa cerita lisan yang diwariskan secara turun-temurun, sisa-sisa tulisan dan tulisan kuno. , serta apa yang ditemukan para arkeolog,” jelas Irini.
Menghadirkan para ahli atau spesialis kajian India, Timur Tengah, Tiongkok, arkeolog, antropolog, sejarawan, filolog, dan humanis, diskusi dibagi menjadi topik-topik berikut:
Hubungan Nusantara dan India pada masa prakolonial
Pembahasan topik ini menghadirkan banyak pembicara antara lain I Wayan Ardika (Universitas Udayana), Agus Widiatmoko (BPK Jambi), Rahadhian Dodo (Universitas Parahyangan Bandung) dan Agus Aris Munander (UI).
Penelitian ini berfokus pada hubungan antara masyarakat kepulauan dan India pada sejarah awal, bukti kontak pra-Austronesia dengan orang India, dan pengaruh awal budaya India di Asia Tenggara dan kepulauannya. Pengantar Perkembangan Agama Budha dan Shaivisme di Nusantara.
Hubungan Nusantara dan Timur Tengah pada Era Pra Kolonial
Difasilitasi oleh beberapa pakar seperti Bastian Jullyeno (FIB-UI), Zaki Khairul Umam (SOAS-London), Hermansya Yahya (UIN Arraniri Asse), dan Eri Sudevo (BRIN), diskusi ini mengeksplorasi bagaimana hubungan Timur Tengah dan Timur Tengah. . Kepulauan dari tulisan-tulisan Arab, Persia dan Ottoman, pra-Islam dan awal Islam, sumber-sumber filologis dan epigrafi menyebutkan hubungan pelayaran antara Timur Tengah dan pulau-pulau serta barang-barang antara kedua wilayah tersebut.
Hubungan Indonesia-Tiongkok dan catatan cita rasa prakolonial
Pembahasan ini fokus mempelajari hubungan kebudayaan Indonesia dengan Tiongkok yang meliputi hubungan perdagangan, politik dan budaya, awal mula bangsa Indonesia berada di Tiongkok, proses penerimaan dan pengaruh hubungan keduanya. Pelajari rempah-rempah Indonesia dari kedua negara, serta tempat yang berbeda. Sejauh ini yang menjadi pembicara dalam diskusi ini adalah M. Asruchin (mantan Duta Besar Tiongkok), Yerry Irawan (penyidik), dan Nurni Wahyu Wuryandari (FIB UI).
Diselenggarakan selama dua hari, DKT yang terbagi dalam tiga bagian ini diharapkan dapat membuahkan banyak hasil, antara lain laporan Jalan Rempah Indonesia, sistem dan seluk beluknya yang pada akhirnya akan menjadi bagian pendukung budaya tradisional Indonesia. ; Melaksanakan penelitian, seminar dan dokumen rinci dengan topik utama Jalur Rempah Nusantara, rekomendasi kegiatan dan langkah-langkah yang harus dilaksanakan untuk mendukung Jalur Rempah Nusantara sebagai situs warisan dunia di tingkat pemerintah, universitas dan masyarakat.
“Kami berharap diskusi ini menghasilkan laporan komprehensif berdasarkan penelitian ilmiah yang memperkuat dukungan terhadap pengesahan Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya Dunia UNESCO,” tutup Irini.