Kendaraan EREV Berpotensi Bantu Indonesia Kurangi Ketergantungan Impor BBM

JAKARTA – Sejalan dengan niat pemerintah untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM), beberapa langkah telah dilakukan, seperti mendorong kehadiran kendaraan listrik, memproduksi biofuel dan lain-lain.

Sementara itu, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian melihat mobil ramah lingkungan EREV (Extend Range Electric Vehicle) bisa menjadi salah satu cara mencegah impor minyak dari luar negeri.

Diketahui EREV ini berfungsi sebagai kendaraan hybrid namun menggunakan baterai isi ulang sebagai sumber tenaganya dan kendaraan jenis ini dapat dihubungkan dengan biofuel.

“Saat ini kita punya minyak nabati, jadi kita beralih dari bensin ke minyak nabati. Ini milik kita, ini adalah game changer,” kata Putu Juli Ardika selaku Pj Dirjen ILMATE, dikutip Titik Kumpul Otomotif Gedung Kementerian. Industri. Jakarta.

Putu menambahkan, jika dilihat dari road map, mesin flexi lebih potensial dengan EREV.

EREV sendiri memang belum masuk ke pasar Indonesia, namun pemerintah menilai kehadiran kendaraan tersebut bisa memutus peluang impor bahan bakar ke dalam negeri.

Selain itu, Putu mengatakan kebijakan dukungan pemerintah dapat memungkinkan produsen menyediakan kendaraan ramah lingkungan kepada konsumen.

Salah satu kebijakan yang bisa dilakukan pemerintah, kata Putu, adalah memberikan pajak yang lebih rendah pada mobil ramah lingkungan.

“Kami melihat Thailand memberikan pajak yang rendah terhadap mobil ramah lingkungan. Sementara Indonesia masih mengenakan pajak yang tinggi yaitu 23-33 persen,” ujarnya.

Putu mengatakan, banyak mobil ramah lingkungan di Indonesia dan ini bisa menjadi rencana baru untuk meningkatkan produksi dan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi.

“Kita memang penuh dengan mobil-mobil yang mencemari. Ini harus kita dorong untuk meningkatkan produksi dan menjadikan Indonesia sebagai gudang, basis manufaktur,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *