Jakarta, 16 Mei 2024 – Kendaraan hidrogen, atau kendaraan listrik sel bahan bakar (FCEV), telah menjadi topik hangat dalam beberapa tahun terakhir dan dipandang oleh banyak orang sebagai solusi potensial terhadap masalah polusi udara dan emisi gas rumah kaca.
Mesin ini menggunakan hidrogen sebagai sumber energi dan mengubahnya menjadi listrik melalui sel bahan bakar. Proses ini menghasilkan air sebagai satu-satunya emisi, menjadikannya pilihan yang lebih ramah lingkungan dibandingkan bensin atau solar.
FCEV menggunakan sel bahan bakar untuk mengubah hidrogen menjadi listrik. Sel bahan bakar terdiri dari dua elektroda yang dipisahkan oleh membran. Hidrogen mengalir dari satu elektroda ke oksigen dan elektroda lainnya.
Ketika hidrogen dan oksigen bersentuhan dengan membran, Mereka adalah listrik, Ia mengalami reaksi kimia yang menghasilkan air dan panas. Listrik tersebut digunakan untuk menggerakkan motor listrik yang menggerakkan roda mobil.
Pemerintah berencana menggunakan kendaraan berbasis hidrogen di ibu kota Kalimantan Timur, atau IKN. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk membangun IKN yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Eko Harjanto, Wakil Menteri Koordinator Pembangunan Industri, mengatakan mobil tanpa emisi tidak hanya kendaraan listrik baterai tetapi juga hidrogen.
Beberapa produsen mobil global telah mengembangkan FCEV, salah satunya adalah Toyota Mirai. “Teknologi ini lebih cocok untuk masa depan,” kata Titik Kumpul Otomotif di Investortrust Future Forum di Jakarta hari ini.
Sekadar informasi, Toyota Mirai adalah FCEV pertama yang diproduksi secara massal dan tersedia secara komersial.
Reaksi kimia antara hidrogen dan oksigen dalam sel bahan bakar menghasilkan listrik dan air sebagai produknya. Dengan kata lain, Mirai adalah mobil yang benar-benar bebas emisi.