Semarang, Wiwa – Pemerintah Kota Semarang bersama Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) bersama Kelompok Tani Sumber Rejeki telah menggelar panen perdana padi biosaline yang ditanam di air asin atau air payau di tanah pesisir.
Panen perdana berlangsung pada Sabtu 26 Oktober 2024 di lahan eks Alala di Desa Mangunharjo, Kecamatan Tugu, Semarang.
Wali Kota Semarang menjelaskan, proyek tersebut merupakan bagian dari kerja sama antara Pemerintah Kota Semarang dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Ia mengatakan, dengan mengembangkan padi berbasis hayati yang tahan terhadap salinitas tinggi, kita dapat memanfaatkan lahan yang saat ini tidak terpakai dengan baik.
Mbak Ita mengatakan, lahan sawah yang akan digarap di Kota Semarang seluas 1.600 hektare.
“Beras biosaline yang kami tanam digunakan sebagai benih di demplot. Universitas Diponegoro akan melakukan uji coba penanaman di lahannya di Zepara dengan harapan menghasilkan benih berkualitas di lahan sekitar 15 hektare, jelasnya.
“Alhamdulillah Undip mendukung inovasi kami dengan sistem desalinasi yang mengubah air laut menjadi air bersih untuk kebutuhan air pertanian dan air minum masyarakat,” lanjut Mbak Ita.
Selain itu, Pemerintah Kota Semarang juga berkomitmen untuk mendukung petani dengan menyediakan alat perontok gabah yang menggunakan bahan bakar minyak bumi hasil penelitian BRIN yang memanfaatkan sampah plastik.
“Kami ingin memastikan petani di pesisir pantai bisa mendapatkan kesejahteraan dari hasil pertanian yang mereka hasilkan,” ujarnya.
Keunggulan padi biosaline adalah rendemennya yang tinggi, yakni mampu menghasilkan 6,75 ton per hektar. Artinya, lebih tinggi dari rata-rata produksi nasional.
Wakil Pemimpin BRIN Amarullah Octavian mengatakan, pihaknya akan melanjutkan program penanaman padi biosalin di wilayah pesisir.
“Kami mendukung penelitian penanaman padi di laut dengan tujuan untuk meningkatkan kadar gizi padi dan mengurangi stunting di masyarakat,” jelasnya.
Amarullah mengatakan BRIN akan mengembangkan teknologi penyimpanan produk beras agar petani dapat mengantisipasi fluktuasi harga saat panen raya.
“Kami berharap semua upaya ini dapat memberikan manfaat bagi petani dan memperkuat sektor pertanian di Semarang,” ujarnya.
Melalui inisiatif ini, Pemerintah Kota Semarang dan BRIN berupaya menjadikan Kota Semarang sebagai yang terdepan dalam pengolahan pangan berkelanjutan dan ramah lingkungan demi kepentingan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan di wilayahnya.
Laporan Tegu Joko Sutrisno