JAKARTA, Titik Kumpul – Industri makanan berkembang pesat dalam satu dekade terakhir dan penggunaan kemasan, khususnya bungkus plastik dan styrofoam semakin meningkat. Meski kemasan ini menawarkan kemudahan dan kepraktisan, namun dampaknya terhadap lingkungan semakin mengkhawatirkan
Kemasan plastik dan styrofoam berkontribusi signifikan terhadap permasalahan sampah dunia dan menjadi tantangan besar bagi kelestarian lingkungan.
Kemasan plastik banyak digunakan dalam industri makanan untuk menjaga kesegaran produk, mencegah kontaminasi dan memperpanjang umur simpan. Bahan plastik seperti polietilen, polistiren, dan polipropilena digunakan dalam kemasan makanan.
Sedangkan styrofoam, merek dagang dari busa polistiren, biasa digunakan sebagai wadah makanan dan minuman seperti cangkir kopi, kotak makan siang, dan kemasan makanan untuk dibawa pulang.
Kedua jenis kemasan ini disukai karena ringan, murah dan memiliki sifat yang cocok untuk makanan Namun, kualitas inilah yang membuatnya berbahaya bagi lingkungan
Salah satu masalah utama yang ditimbulkan oleh penggunaan bungkus plastik dan styrofoam adalah pengumpulan sampah. Miliaran ton plastik diproduksi setiap tahun dan sebagian besar berasal dari kemasan makanan Meskipun plastik dapat didaur ulang, hanya sebagian kecil yang benar-benar didaur ulang
Banyak kemasan berakhir di tempat pembuangan sampah, yang memerlukan waktu ratusan tahun untuk terurai
Di sisi lain, styrofoam tidak dapat didaur ulang secara efektif dan sulit terurai secara lingkungan Jika dibuang, styrofoam terurai menjadi potongan-potongan kecil yang dapat mencemari tanah dan air dan berakhir di laut, sehingga membahayakan biota laut.
Penggunaan plastik wrap dan styrofoam mempunyai dampak yang sangat besar terhadap lingkungan Sampah plastik menimbulkan ancaman terhadap pencemaran tanah dan air, flora dan fauna. Hewan sering kali terlibat dalam sampah plastik atau menyebarkannya sebagai makanan, yang dapat menyebabkan kematian jika terhirup atau diracuni.
Selain itu, produksi plastik dan styrofoam berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca. Proses pembuatan plastik menghabiskan banyak energi dan menimbulkan polusi udara Ketika permintaan akan produk-produk ini meningkat dan semakin banyak sumber daya alam yang digunakan, perubahan iklim semakin meningkat dibandingkan inovasi.
Meskipun banyak orang yang mencoba mengatasi masalah sampah plastik dan styrofoam melalui daur ulang, pendekatan Rengkuhu Banu Meendaru lebih berani dan langsung. Ia tidak hanya mencari solusi daur ulang, namun ia ingin mengganti plastik dan styrofoam dengan alternatif yang ramah lingkungan.
Pada tahun 2018, Bai, sapaan akrabnya, mendirikan perusahaan start-up bernama Pelepa yang fokus memproduksi wadah makanan dari bahan baku pelepah daun pinang. Ide cemerlang ini lahir dari kesadarannya akan dampak negatif penggunaan plastik dan styrofoam yang terus mencemari lingkungan.
Dengan inovasi yang berfokus pada keberlanjutan, Air mengambil langkah nyata untuk memberikan solusi yang tidak hanya bermanfaat bagi pelanggan, tetapi juga lingkungan.
Awalnya produksi Pelapa dimulai dalam skala kecil Namun berkat dedikasi dan kerja keras Bay, kini perusahaan mampu menyediakan lebih dari 100.000 wadah makanan ramah lingkungan setiap bulannya. Wadahnya terbuat dari pelepah daun pinang yang merupakan bahan alami dan mudah terurai.
Penggunaan palapa, bahan baku yang ramah lingkungan, tidak hanya mengurangi ketergantungan pada plastik, namun juga membantu melindungi lingkungan.
Tindakan udara tidak hanya berdampak pada pengurangan sampah plastik, namun juga memberikan manfaat finansial bagi masyarakat. Usaha pelepah ini membantu meningkatkan pendapatan para petani dan pengepul pelepah pinang di wilayah tempat mereka beroperasi.
Dengan berkolaborasi dengan komunitas lokal, Bay menciptakan ekosistem yang saling menguntungkan, di mana petani memperoleh pendapatan tambahan dan masyarakat luas mengadopsi solusi pengemasan yang lebih berkelanjutan.
Ke depan, Belu berencana menambah kapasitas produksi Pelepa Hal ini berupaya untuk menyederhanakan biaya produksi sehingga wadah makanan yang diproduksi dapat dijual dengan harga lebih terjangkau.
Melalui pendekatan ini, Bai berharap semakin banyak masyarakat yang tergerak untuk menggunakan wadah ramah lingkungan sebagai alternatif pengganti plastik wrap dan styrofoam.
Air meyakini kesadaran masyarakat akan pentingnya keberlanjutan dan perlindungan lingkungan akan meningkat Oleh karena itu, ia ingin memastikan produk Pelepa tidak hanya berkualitas, tetapi juga dapat diakses oleh semua kalangan. Tak heran, penemuan ini berhasil meraih Penghargaan Baiku Satu Indonesia pada tahun 2023.