Jakarta – Al-Hakkah adalah salah satu nama Hari Akhir atau Hari Kiamat. Artinya sesuatu yang harus terjadi. Tidak ada keraguan sedikitpun. Semoga azab yang Allah swt janjikan bagi orang yang durhaka dan surga bagi hambanya yang taat pasti terkabul.
Dalam Alquran, Surah al-Hakah dibuka dengan catatan sejarah ras-ras sebelumnya. Mereka hancur parah. Apa hubungannya dengan Al-Haqqa? Jawabannya adalah mereka mengingkari hari akhir.
Dari redaksi bab pertama jelas bahwa mengingkari hari akhir adalah dosa yang sangat besar.
Allah SWT sangat murka atas tindakan tersebut. Penyebutan kata Alhaaqah saja sudah menunjukkan penegasan, hari kiamat harus diyakini oleh setiap orang yang berakal.
“Liburan apa?” BAGUS. Hal ini untuk mempertegas betapa megahnya peristiwa Hari Kiamat tersebut.
Celakalah mereka yang tidak percaya padanya. Hal ini diakhiri dengan istifam berikut:
-Dan kamu tahu hari apa ini? (X al-Haqqa ayat 3)
Bagaimana saya bisa mengatakan, apakah masih ada di antara makhluk berakal yang tidak mengimani hari kiamat? Kalau masih ada kenapa selama ini dipakai?
Semua pengurangan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tidak seorang pun boleh meremehkan Hari Kebangkitan. Hanya Allah swt yang mengagungkannya. Sama sekali tidak dapat diterima jika ada makhluk yang menganggap akhirat tidak penting.
Padahal harus dipahami bahwa tujuan utama perjalanan hidup manusia di dunia adalah akhirat. Lebih dari itu, semua redaksi ini sepertinya mendatangkan kemarahannya pada mereka yang menolaknya.
Padahal, informasi yang diberikan Allah SWT kepada mereka hendaknya digunakan untuk memahami fakta tersebut. Apa murka Allah terhadap orang-orang durhaka.
Beliau menggunakan kata al-Qariyya, “peristiwa yang pasti akan membuat hati gemetar” dan “jiwa akan gemetar karena kekerasan”.
Bayangkan, pada hari itu, hanya langit yang kuat yang bisa runtuh. Selain itu, bumi juga mudah hancur, misalnya karena gempa bumi.
Setidaknya ada lima ras yang disebutkan dalam surat al-Haqqa. Karena kejahatannya, mereka dimusnahkan di bumi sebagai hukuman. Di akhirat nanti, mereka pasti masuk neraka.
“Kaum Tamud dan kaum ‘Ad mengingkari hari kiamat.” (X al-Haqqa ayat 4)
Para penjinak dihukum dengan suara yang sangat keras, “at-tagiya”. Penduduk Ead binasa akibat angin kencang yang bertiup terus menerus selama tujuh malam delapan hari.
Selain itu, Firaun tenggelam. Bagi kaum Nabi Luth, tanah merupakan tempat di balik “al-mutafikat”. Umat Nabi Nuh tersapu angin topan “Tagal Maa”. Demikian pesan Surat Al-Haqqah ayat 5 sampai 12.
“Makanya kami jadikan acara ini sebagai kenangan bagi anda sekalian dan agar diperhatikan oleh telinga yang ingin mendengarnya.”
Menarik untuk dicatat bahwa dalam surat ini mereka disebutkan bersama-sama di tempat yang sama. Bahkan, kisah mereka disebutkan dalam berbagai surah Al-Quran yang bertabur redaksi berbeda-beda. Ini harus menjadi pelajaran. Dosa mereka tidak boleh terulang lagi pada generasi berikutnya.