Jakarta, Titik Kumpul – Ilmuwan China telah mengembangkan batuan luar angkasa yang dapat beroperasi di atmosfer Mars.
Batuan bersifat ringan dan dapat mengisi ulang energi dari atmosfer planet serta tahan terhadap suhu ekstrem di planet tetangga.
Para peneliti dari Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok mengatakan baterai mereka memiliki kemampuan untuk “menyerap Mars langsung menjadi bahan bakar” selama energi dan pengisian sekunder oleh sumber tenaga surya dan nuklir.
Menurut situs SCMP, baterainya dapat bertahan lebih dari 1.350 jam – hampir dua bulan di Mars – pada suhu nol derajat Celsius (32 derajat Fahrenheit). Sekadar informasi, satu hari di Mars sekitar 40 menit lebih lama dibandingkan di Bumi.
“Kami telah mengembangkan [batuan] untuk eksplorasi ruang angkasa yang dioperasikan langsung oleh atmosfer Mars dan mengevaluasi proses kimia pada rentang suhu yang luas agar sesuai dengan fluktuasi suhu ekstrem di Mars,” kata mereka.
Pengembangan baterai Mars bertujuan untuk menjadi prototipe standar eksklusif baterai sekunder [lithium-ion] yang terdapat pada penjelajah Sojourner Amerika (AS) pada tahun 1997 hingga penjelajah Zhurong China pada tahun 2021.
“Baterai ini bertindak seperti sel bahan bakar yang mengubah reaksi kimia sumber energi menjadi energi listrik. Seperti sel bahan bakar hidrogen-oksigen, baterai ini menggunakan hidrogen sebagai bahan bakarnya untuk menghasilkan energi. Mars adalah bahan bakarnya,” kata Xiao Xu.
Jadi, baterai menghasilkan listrik langsung menggunakan sumber daya lokal melalui reaksi kimia atau kimia. Artinya, tidak perlu mengangkut bahan bakar ke Mars, sehingga sangat mengurangi bobot baterai.
“Namun, ada sesuatu yang perlu diingat. Baterai Mars tidak menggantikan sumber apa pun, melainkan dimaksudkan untuk memberikan opsi tambahan untuk pasokan listrik,” jelas Xiao.