Jakarta – Timnas Indonesia yang berusia di bawah 23 tahun menargetkan bisa mengikuti Olimpiade 2024 yang digelar di Paris, Prancis. Bagaimana perkembangan sepak bola Indonesia di Olimpiade?
Ternyata, sepanjang sejarah, Indonesia hanya tampil satu kali di Olimpiade sepak bola. Hal ini terjadi pada Olimpiade 1956 yang diadakan di Melbourne, Australia.
Sekadar informasi, saat itu tim yang tampil di Olimpiade masih senior, bukan U-23 seperti saat ini.
Saat itu, Indonesia yang dilatih Antun ‘Tony’ Pogačnik sangat beruntung. Tim Garuda berhasil mencapai babak final tanpa berkompetisi di babak playoff.
Indonesia dijadwalkan menghadapi Taiwan di babak kualifikasi. Taiwan memilih mundur karena masalah politik terkait penggunaan bendera Taiwan di Indonesia.
Indonesia meraih WO dan lolos ke final Olimpiade Melbourne. Di sini, keberuntungan kembali menghampiri Indonesia.
Vietnam Selatan yang seharusnya menghadapi Indonesia di babak pertama, memilih keluar. Alhasil, Indonesia langsung melaju ke babak ke-8 tanpa bersusah payah.
Hal ini membuat Uni Soviet tertekan
Indonesia bertemu Uni Soviet pada babak 8 besar Olimpiade 1956 yang digelar di Stadion Olympic Park, Melbourne, pada 29 November 1956.
Menurut laman resmi FIFA, Uni Soviet telah mengkonfirmasi kiper legendaris Lev Yashin. Masih banyak bintang, dimulai dari Igor Neto dan Eduard Streltsov.
Tampil di hadapan 3.228 penonton, pelatih Yugoslavia Indonesia Antun ‘Tony’ Pogačnik menerapkan taktik park-the-bus. Para pemain Uni Soviet kecewa karena mampu mematahkan kokohnya pertahanan tim Garuda. Hasil imbang 0-0 bertahan 90 menit waktu normal dan 30 menit waktu tambahan.
Menurut kantor berita Prancis AFP, yang dimuat di surat kabar De Nieuwsgier pada 30 November 1956, para pemain Uni Soviet tidak bisa menyembunyikan amarah dan amarahnya saat meninggalkan lapangan. Situs FIFA menyatakan: “…Soviet hampir tidak bisa mengatasi kegigihan Indonesia di perempat final…”
Kiper Maulvi Saelan yang merupakan winger terakhir timnas menjadi pahlawan atas aksinya. Tak hanya Saelan, gelandang Ramlan, Kiat Sek, dan Long Hou juga mendapat pujian dari media luar negeri.
“Saya menghalau gelombang serangan Beruang Merah ke atas dan ke bawah. Namun kami memutuskan untuk tidak menyerah. Saat itu masih belum ada aturan, jika hasil pertandingan imbang harus ada tendangan mendadak. penalti.” kata Maulvi, menurut Sukarno.org.
Akhirnya pertandingan ulang pun terpaksa digelar. Kali ini Indonesia mengalahkan Uni Soviet 0-4 pada laga di Stadion Olympic Park, Melbourne pada 1 Desember 1956.
Uni Soviet akhirnya melaju dan memenangkan medali emas. Mereka menjadi juara Olimpiade pada tahun 1956 setelah mengalahkan Yugoslavia 1-0 di final pada 8 Desember 1956.
Tepat empat tahun kemudian, Uni Soviet memenangkan Piala Eropa pada tahun 1960, yang merupakan Piala Eropa pertama. Uni Soviet mengalahkan Yugoslavia 2-1 pada laga terakhir di Parc des Princes pada 10 Juli 1960.