Kisah 2 Orang yang Hendak Ingin Bunuh Rasulullah, Berujung Mualaf

Jakarta – Shafwan bin Umayyah dan Umair bin Wahhab merupakan dua sahabat Nabi SAW yang berlatar belakang tokoh kafir Quraisy yang awalnya berencana membunuh Nabi SAW sebelum kemudian berpindah agama atau masuk Islam.

Kedua sahabat ini mengalami perubahan besar dalam hidupnya setelah masuk Islam.

Dalam buku “115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW” karya Fuad Abdurrahman, diceritakan bahwa pada masa penyebaran Islam, banyak kelompok yang menentang dan membenci agama tersebut, termasuk para penentang kaum Quraisy yang tidak mau bersama Allah SWT. . . dan dia tidak mengimani Nabi Muhammad SAW sebagai rasulnya. Bahkan banyak yang ingin membunuh nabi.

Suatu hari, Shafwan bin Umayya dan Umair bin Wahhab duduk untuk berbincang di dekat Ka’bah. Dengan hati-hati, Shafwan berkata kepada Umair, “Wahai Umair, Muhammad membunuh ayah, paman, dan saudara laki-laki kami di Perang Badar. Apakah kamu siap pergi ke Madinah untuk membunuhnya?”

“Aku ingin melakukannya, tapi bagaimana dengan keluargaku jika aku mati atau tertangkap?” Umair bertanya dengan cemas.

“Tenang. Demi Lata dan Uza, aku akan menjaga anak-anakmu dan keluargamu. Aku akan memenuhi kebutuhan mereka. Aku akan binasa ketika mereka binasa. Darah mereka adalah darahku. Nyawa mereka adalah hidupku. Dalam hal yang sama bagaimana kematian mereka adalah kematianku,” ujarnya. Shafwan yang yakin keluarga Umair akan terselamatkan juga.

Umair berkata, “Sekarang, saya siap membunuhnya.”

“Ya, saya tidak akan memberitahu siapa pun,” kata Shafwan.

Setelah menyetujui dan berjabat tangan, Umair meninggalkan Shafwan. Ia segera menyiapkan tunggangan dan perlengkapannya ke Madinah.

Sebagai senjata untuk membunuh Nabi, Umair tak lupa mengikat pedangnya dengan racun mematikan. Karena bahaya racun ini, pedang yang bersinar itu berubah menjadi abu-abu gelap.

Keesokan harinya, Umair pergi ke Madinah untuk membalas pembakaran tersebut. Dia akan menemukan Muhammad dan memotong pedangnya dari tubuhnya.

Umair tidak mengetahui bahwa saat keduanya membicarakan rencana buruk, Allah JW. Inilah janji Allah SWT yang akan selalu menjaga nabi dan rasulnya.

Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan sulit, Umair sampai di Madinah. Tanpa membuang waktu, ia segera mencari Nabi SAW yang sudah tidak sabar untuk segera memotong pedang beracun itu dari tubuhnya.

Namun setelah berkeliling Madinah, ia tidak menemukan Nabi SAW. Maka berangkatlah Umair menuju Masjid Nabawi.

Dalam perjalanan menuju Masjid Nabawi, Umar bin Khattab melihatnya dan curiga dengan gerak-gerik Umair, maka ia segera menghunus pedangnya dan menghentikan Umair.

Umar menanyakan tujuan kedatangannya ke Madinah. Karena gerak tubuh dan jawabannya mencurigakan, Umar menangkapnya dan menyeretnya ke depan Nabi SAW yang berada di masjid.

Nabi bertanya, “Wahai Umair, apa tujuanmu datang kemari?”

“Aku datang untuk menyelamatkan sanak saudaraku yang tertangkap dalam perang Badar,” jawab Umair berbohong.

“Kamu pembohong!” , Allah tidak akan memberimu kekuatan untuk membunuhku,” kata Nabi SAW yang sudah mengetahui semua rencana jahat Umeir.

Mendengar perkataan Rasulullah SAW, Umeir terkejut, karena rencana mereka sangat rahasia. Hanya dia dan Shafwan yang mengetahui hal itu.

Umair bertanya, “Bagaimana kamu mengetahui peristiwa dan rencana yang hanya diketahui antara aku dan Shafwan?”

“Allah Yang Maha Mengetahui telah memberitahuku,” jawab Nabi SA.A.

Mendengar sabda Nabi SAW tersebut, Umair yakin bahwa Nabi SAW adalah utusan Allah SWT. Maka tanpa ragu beliau mengucapkan dua pernyataan keimanan sebagai tanda bahwa beliau kini sudah beriman.

Belakangan, beberapa tahun kemudian, Shafwan bin Umayyah pun memeluk Islam. Kisah ini bermula ketika beliau dan Nabi SAW sedang memandangi kenyamanan tentara berupa hewan ternak. Shafwan memandangi sapi-sapi (ganimah) yang mengisi celah di bukit itu.

Nabi SAW memperhatikannya dan bertanya kepadanya, “Wahai Abu Wahhab, apakah kamu tampak sangat terkejut melihat sapi-sapi mengisi celah di atas bukit?”

“Iya,” jawab Shafwan cepat.

Oleh karena itu Rasulullah SAW bersabda: “Semua ternak adalah milikmu begitu pula yang ada di lembah bukit.”

Mendengar sabda Nabi SAW, Shafwan merasa sangat senang dan tak percaya. Kemudian dia berkata: “Tidak mungkin ada orang yang memberi (kekayaan) tersebut kecuali Rasulullah. Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”

Begitulah kisah Shafwan dan Umair yang awalnya sangat membenci Nabi SAW, namun atas kuasa Allah SWT keduanya menjadi Islam. Kisah ini menjadi bukti bahwa Allah SWT-lah Dzat yang memperhatikan hati dan melindungi para nabi dan rasul. Masya Allah!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *