Kisah 2 Pemuda Mualaf yang Bikin Geger, Orang Sekampungnya Auto Masuk Islam

JAKARTA – Mualaf merupakan istilah yang mengacu pada seseorang yang baru masuk Islam. Kata “berbalik” berasal dari bahasa Arab yang berarti orang yang hatinya melunak atau melunak. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan “mualaf” adalah orang yang telah membuka hatinya untuk memeluk Islam.

Berita perpindahan agama membawa kegembiraan bagi umat Islam. Ini menandai kedatangan saudara baru, mukmin, yang bisa bersama-sama mengamalkan ajaran Islam, menaati perintahnya dan menjauhi larangannya.

Kisah para mualaf selalu menarik perhatian dan menjadi sumber inspirasi banyak orang, khususnya umat Islam. Tentu saja perjuangan seorang mualaf bukanlah suatu hal yang mudah.

Orang dewasa baru yang masuk Islam sudah ada sejak lama. Namun tidak seperti zaman sekarang, yang sering viral adalah media sosial, sehingga kabar berpindah agama seseorang diketahui banyak orang.

Jika melihat sejarah, masuknya Islam baru-baru ini sebenarnya terjadi pada masa Rasulullah SAW. Sebagaimana diutus Tuhan Yang Maha Esa, Nabi Muhammad SAW datang dengan membawa ajaran Islam, mengajak orang-orang yang dicintainya untuk memeluk Islam, kemudian ke masyarakat Mekkah dan terakhir ke Madinah.

Salah satu kisah perpindahan agama yang inspiratif adalah masuknya dua pemimpin muda suku dari Madinah ke dalam Islam. Mereka adalah Usayd bin Hudayr dan Saad bin Moaz. Pertobatan kedua pemuda ini membuat masyarakat yang mereka pimpin mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW.

Dikisahkan bahwa Musab bin Umair, seorang pemuda yang cerdas, diangkat oleh Nabi Muhammad SAW, untuk mendakwahkan Islam di desa Bani Abdul Asil, sebuah suku besar di Madinah. .

Ia berpacaran dengan Asaad bin Zurarah, seorang Muslim, yang masih memiliki hubungan dekat dengan Saad bin Muaz, seorang bangsawan suku Banu Ashal.

Menurut para sejarawan, Saad bin Moaz masih dianggap sebagai sepupu ayah Asaad bin Zurarah. Saad bin Muadh dan Usayd bin Hudayr merupakan pegawai suku Bani Ashhal pada waktu itu dan menganut kepercayaan nenek moyang mereka dan tinggal di Yatsrib.

Merasa risih karena masih menjalin hubungan dengan Asad bin Zurarah, Saad bin Muadh meminta Usayd bin Hudair bertemu Musab bin Umair dan Asad bin Zurarah terlebih dahulu.

Usayd bin Hudayr segera menyerbu kedua duta Islam kita ini dengan tombak yang siap menusuk mereka. Asaad bin Zurarah datang setiap hari Sabtu dan berkata:

“Apakah kamu datang jauh-jauh ke sini untuk menipu kelemahan kami padahal kamu masih mencintai hidupmu?”

Musab bin Umair dengan tenang menjawab: Maukah kamu duduk dan mendengarkan ajaran yang kami ajak, jika kamu menyukai ajaran kami, dan jika kamu membenci ajaran kami, maka terimalah? Kamu bisa meninggalkan mereka.”

Maka Usayd bin Hudair mengikat tombaknya dan berkata: Baiklah, saya akan duduk di sini dan mendengarkan penjelasan Anda.

Maka sahabat Musab dengan lembut menjelaskan ajaran Islam dan mendengarkan suara indah melantunkan ayat suci Alquran. Senyum cerah tampak di wajah Usayd bin Hudayr. Kemudian Usayd bin Hudayr berkata:

“Ajaranmu sungguh indah, bagaimana kamu bisa masuk ke agama yang indah ini?” Musab bin Umair berkata: Mandilah, bersihkan badan dan pakaianmu, lalu bacalah dua syahadat dan shalat.

Maka Usayd bin Hudayr melakukan apa yang diperintahkan kepadanya dan shalat dua rakaat. Usayd bin Hudayr berkata: Ada seorang laki-laki di kota ini (Saad bin Muadh) yang jika dia beriman, pasti akan beriman kepada semua orang dan pengikutnya, dan sekarang saya mengundang dia untuk bertemu dengan kalian berdua.

Maka Saeed bin Hudayr pergi menemui kaumnya dengan membawa tombaknya. Dia melihat wajah berseri-seri Usayd bin Hudayr dan kaumnya serta Saad bin Muadh merasa terganggu. Kemarahan Saad bin Muadh mencapai puncaknya ketika ia merasa bahwa ajaran Musab bin Umair telah membawa segala kesaktian yang menundukkan hati kaumnya. Saad bin Muadh bergegas membawa tombaknya.

“Aku lebih kuat dari Usayd bin Hudayr dalam membunuh mereka.” Saad bin Muadh menghampiri Musab bin Umair dan Asad bin Zurarah dengan segala amarahnya.

“Wahai Asaad bin Zurarah, seandainya tidak ada ikatan kekerabatan di antara kita, niscaya aku sudah menusukkan tombak ini ke kepalamu sejak lama. Maukah kamu mengepung suku kami dengan ajaran yang kami benci?”

Musab bin Umair dengan tenang berkata: Bisakah Anda duduk dan mendengarkan ajaran yang kami serukan? Jika Anda menyukai ajaran kami, terimalah, dan jika Anda membenci ajaran kami, kami akan menyembunyikan ajaran kami dari Anda?”

Saad bin Muadh mengikat tombaknya dan menjawab: Baiklah, saya akan duduk di sini dan mendengarkan penjelasan Anda.

Oleh karena itu, Musab dengan lembut menjelaskan ajaran Islam dan mendengarkan suara indah saat melantunkan ayat suci Alquran. Senyum cerah muncul di wajah Saad bin Moaz.

Saad bin Moaz berkata: Pendidikanmu sungguh indah, bagaimana kamu bisa masuk agama yang indah ini? Musab bin Umair berkata: Mandilah, bersihkan badan dan pakaianmu, lalu bacalah dua syahadat dan shalat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *