Titik Kumpul Life – Seorang pria paruh baya terlihat berjalan perlahan di gerbang masuk ibadah haji Bandara Internasional Haji. Raja Abdulaziz di Jeddah, Arab Saudi, Selasa 28 Mei 2024.
Langkahnya tampak goyah dan wajahnya menunjukkan kebingungan saat ia bergabung dengan rombongan warga Indonesia yang berkunjung.
Rupanya ada sesuatu yang membuatnya kesal saat menyadari koper yang dibawanya tidak ditemukan saat ia menitipkannya pada seseorang di ruang Paviliun saat hendak ke toilet.
Pria itu akhirnya memberanikan diri untuk memberi tahu petugas polisi yang hadir tentang apa yang dilihatnya. Mari kita simak artikel lengkapnya di bawah ini.
– Saya ingin koper saya, Pak. Ketika saya ingin ke toilet, saya menelepon “polisi”. “Tetapi saya lupa (siapa ‘polisi’ itu),” katanya kepada polisi sebelum anggota badan keamanan gereja menangani kasus ini.
Iya, kakek saya ternyata Abdul Malik Abdurrahman Bance, peserta pelatihan Bima NTB dari LOP Grup 12 (Lombok).
Meski usianya sudah menginjak 70 tahun, Abdul Malik tetap tampil menawan.
Dan perkataannya seolah menunjukkan semangatnya yang besar dalam menunaikan panggilan Allah SWT untuk menunaikan ibadah haji tahun ini.
Bahkan, terkadang ia pun tampak begitu terharu hingga menangis dan bahagia karena diberi kehidupan dan kesempatan untuk mendirikan rukun Islam yang kelima.
Meski demikian, Pak Abdul Malik tetap bahagia dan ceria meski harus bepergian sendirian tanpa keluarga.
Ia menunjuk beberapa teman masa kecilnya yang juga bepergian bersama dalam grup terbang yang sama.
“Saya pergi dengan banyak teman. Teman masa kecilku ada di sana. “Dia dulunya adalah pengendara yang baik,” katanya.
Abdul Malik menjelaskan, “Saya hanyalah jalan alam semesta.”
Kakek Abdul Malik mengaku cita-citanya sejak kecil adalah bisa ikut menunaikan ibadah haji. Ia mengaku kagum dengan orang-orang yang bisa berangkat haji.
Menurutnya, mereka kuat karena mampu menempuh jarak yang jauh. Tentu saja, saat itu haji tidak terbang seperti sekarang.
“Dari kecil, Saudaraku, aku bermimpi untuk pergi haji. Saya menghitung jaraknya. Saya kaget, ziarahnya jauh, sampai 9.000 kilometer,” jelasnya.
Abdul Malik pun tak lupa mengucapkan terima kasih kepada anak-anaknya. Pasalnya, cita-cita masa kecilnya untuk menunaikan ibadah haji bisa terwujud oleh putra dan menantunya.
“Putra dan menantu perempuan saya yang mengirim saya. “Mereka sangat bagus,” tambahnya.
Ia akan mendoakan anak-anaknya ketika sampai di Mustajab, sama seperti mendiang istrinya.
Pak Abdul Malik pun mengaku cita-citanya sejak kecil adalah menunaikan ibadah haji. Ia mengaku kagum dengan orang-orang yang bisa berangkat haji.
Abdul Malik juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada petugas Polisi Haji yang telah melayaninya sejak ia turun dari kapal.