Kisah Siswi SMKN yang Harus Mencari Nafkah Dan Merawat 2 Pamannya yang Lumpuh

Purworejo adalah seorang siswa kelas 12 yang harus bertahan hidup dengan menjual dan merawat kedua pamannya yang lumpuh untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Kisah ini juga menyebar di jejaring sosial.

Itulah sebabnya polisi Kabupaten Purworejo memasuki kediaman seorang siswa SMK pada Jumat pagi, 24 November 2023 dan menyentuh hati mereka. Polres Purworejo bersama aparat melakukan program berkah pada Jumat dan menyambangi kawasan warga Purworejo yang dilanda kesusahan. dengan berbagi

Wakil AKBP Fadli S.H., S.I.K., M.H. dan Polsek Purvorejo yang dipimpin Kapolsek AKBP Eko Sunaro mendatangi kediaman 8 siswa SMKN yang tersebar di sekitarnya. Media sosial dilumpuhkan oleh sekolah, penjualan, dan perawatan kedua saudara laki-lakinya.

“Polsek Purworejo bersama-sama mengunjungi Desa Tegalkuning untuk bertemu dengan salah satu keluarga saudara perempuan kami Salsabila Putri Aulia SMKN 8 yang kemarin tertular tentang status dan kondisi keluarganya,” jelas Kapolsek Banyurip, AKP Benny.

“Langkah selanjutnya Polres Purworejo akan bekerjasama dengan pemerintah desa, tentunya untuk Salsabila Putri, karena dia bersekolah di SMKN 8 dan 12, tentunya kami akan membantunya untuk mendapatkan pekerjaan tetap kelak setelah lulus,” dia ditambahkan.

Hakim, nenek Salsabila Putri Auliya mengaku senang kedatangan Polsek Purvorejo. “Saya sangat senang dengan semua orang yang datang ke tempat saya. Saya berharap semua orang sehat dan bahagia,” kata Hakim.

“Saya senang sekali mereka membantu cucu saya, dia bilang kepada saya bahwa dia tidak ingin pergi jauh setelah tamat sekolah, dia ingin membantu saya (nenek) merawat pamannya yang sakit. Saya sangat berterima kasih atas hal tersebut. bantuan dari Polsek Purvorejo untuk segala kebutuhan saya,” jelas hakim.

Putri telah terlibat dalam mencari uang sejak kecil

Wajah manis Salsabila Putri Auliya selalu terlihat lucu. Putri, demikian panggilan akrabnya sehari-hari, Dusun Cryan, Desa Tegalkuning, RT 02 RW 4, Kecamatan Banyurip, Wilayah Purworejo. Beban hidup seakan tidak bisa diangkat. Gadis berusia 17 tahun ini sejak kecil harus menjadi tulang punggung dan mengurus keluarga.

Sudim (69), sapaan akrabnya Mamak, bersama neneknya harus bekerja keras menafkahi keluarga. Di saat remaja lainnya sedang bersenang-senang, nongkrong di kafe, atau berkumpul bersama teman-temannya, Putri harus sibuk mengurus kedua kakaknya yang mengidap distonia.

Sebelum berangkat ke Sekolah SMKN 8 Purworejo, Desa Banyurip, Kecamatan Banyurip, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Anda harus bangun pagi untuk memasak dan menyiapkan kebutuhan keluarga. Tahun ini 12 orang mahasiswi desain fesyen tinggal bersama nenek dan dua pamannya yang sedang sakit (yang satu lumpuh total, yang satu lagi lumpuh dan masih bisa berjalan namun butuh pertolongan)

Meski kondisi sulit, Putri tak pernah mengeluh. Bahkan ia sangat senang dan terlibat dalam banyak kegiatan di sekolahnya, mulai dari OSIS hingga kelompok pecinta alam. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, gadis itu dan neneknya menyiapkan makanan dengan keripik Pare dan Rengginang. Mereka menitipkan makanan tersebut untuk dijual di Heavenly Rice Foundation.

Ia juga menerima dana hibah sebesar Rp 200.000 per bulan untuk biaya sekolah gratis di SMK UPZ (Jurusan Pengumpulan Zakat) Provinsi Jawa Tengah. Putri juga mendapat dukungan PIP dari pemerintah bahkan mendapat dukungan GNOTA melalui guru sekolahnya.

Namun, sang pacar mengaku penghasilan dari berjualan jamu sambiloto dan keripik rengginang tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari keluarganya yang beranggotakan lima orang. Dengan polosnya ia mengatakan bahwa ia terkadang terpaksa “berhutang” pada penjual sayur.

“Saya jual untuk biaya hidup, saya jual keripik pare, penghasilannya untuk biaya hidup, ibu saya sudah meninggal, ayah saya tidak tahu harus kemana, dia tinggal bersama dua orang paman, seorang adik sepupu dan ( mbah) nenek, semoga semuanya baik-baik saja,” kata Putri.

Salsabila Putri mengaku punya kebiasaan hanya makan nasi dan sayur saja tanpa makanan apa pun. Semua ini dilakukan tanpa mengeluh atau menyalahkan siapa pun atas situasi keluarga.

Untuk berobat ke dokter, ia harus memeriksakan diri ke dokter, mendapat rujukan dari puskesmas, dan ke rumah sakit. Di usianya yang masih muda, ia harus menghadapi kesulitan hidup. Saat ia berumur 2,5 tahun, ibunya Katur Nur Fidiana meninggal dunia. Sedangkan ayah kandungnya meninggalkan keluarga sebelum ia lahir.

Kini yang terpenting bagi Putri adalah ia bisa menyelesaikan sekolah dan segera mendapatkan pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Jika memungkinkan, gadis itu berharap bisa bekerja di Purworeho, Desa Tegalkuning, Kecamatan Banyurip, Dusun Cryan, agar tetap bisa menjaga nenek, dua saudara laki-lakinya, dan seorang adik sepupunya.

Laporan: Eddie Suryana (tvOne) Baca artikel bacaan menarik lainnya di tautan ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *