Jakarta – Solihin Gautama Prawiranegara mendulang ketenaran di kalangan militer berkat koleksi 20 medali dan penghargaan selama bertugas. Salah satu hal yang menarik dalam karirnya adalah kenaikan pangkatnya menjadi jenderal bintang satu.
Saat kejadian, Solih sedang tertidur pulas dan diberi nama Pangdam Hasanuddin. Kisah ini bermula ketika Panglima Kodam XVI Hasanuddin, Kolonel M. Yusuf, mengunjungi Makassar di Sulawesi Selatan.
Saat itu, Yusuf masih menjabat sebagai Pangdam Hasanuddin dan juga menjabat sebagai Pj Menteri Perindustrian, sehingga ia harus menduduki dua jabatan yang sama. Perpaduan status menteri dan panglima militer ini terjadi pada peristiwa G30S/PKI.
Pasca tragedi nasional, Letjen Soeharto yang saat itu menjabat Menpangad mengakhiri komando Yusif. Solihin sudah tidak asing lagi dengan Yusuf karena ia adalah seorang perwira tempur yang pernah bekerja sebagai guru di SSKAD di Bandung pada tahun 1954 hingga 1956 dan pernah ikut dalam operasi penggulingan Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan.
Operasi militer jangka panjang ini dipimpin oleh Yusuf selaku panglima wilayah Sulawesi Selatan. Saat Soeharto menanyakan siapa pengganti Yusif, nama Solihi lah yang direkomendasikan. Namun, Yusif tidak pernah menyampaikan nasihatnya kepada Solihin. Karena itu, saat diajak ke Jakarta, Solihin ragu-ragu.
Setibanya di Jakarta, Solihin langsung dibawa ke acara syukuran tanpa diantar terlebih dahulu ke rumah atau kediaman Yusif. Kelelahan dan rasa kantuk yang luar biasa mulai menguasai dirinya. Solihin yang duduk di kursi tamu akhirnya tertidur lelap saat Yusif mulai berbicara di podium.
Meski hampir tertidur, ia masih mendengar sebagian ucapan Solih. Yusuf memberitahukan kepada para tamu bahwa tugasnya sebagai Pangdam Hasanuddin telah selesai dan dia akan menjabat penuh sebagai menteri di bawah Bung Karno di Jakarta.
“Hasanuddin yang akan menggantikan saya sebagai Panglima Korps XIV adalah petugas ngorok di sebelah saya,” kata Yusif sambil menunjuk orang di sebelahnya. Yang dimaksud Yusif tentu adalah Solihin. Mendengar pengumuman tersebut, asisten Solihi was-was dan buru-buru membangunkannya. Kontan Solihin terkejut.
Letjen Saeed Solihin menginformasikan, M Yusif telah mengumumkan penunjukannya sebagai Pangdam baru. Solihin sangat terkejut namun langsung berusaha berdiri dan duduk tegak sebagai anggota pasukan Kujang Kodam Siliwangi.
“Pak, kalau bapak menunjuk saya jadi Panglima (Pangdam), kasih tahu saya dulu. Jangan saat saya sedang tidur. ‘Saya malu, nanti masyarakat menilai saya bagaimana,'” ucap GP Kolonel Solihin akhirnya berangkat Pada tanggal 27 Desember 1965, Pangdam XIV Hasanuddin dipanggil
Kemudian pada tahun 1968-1970 melanjutkan karirnya sebagai gubernur di Akademi Umum dan TNI Angkatan Darat. Puncaknya adalah ketika ia mencapai pangkat letnan jenderal. Singkat cerita, ia meninggal pada usia 97 tahun. Yusuf Kalla, wakil presiden ke-10 dan ke-12, menyampaikan kabar duka tersebut.
“Inna lillahi dan inna ilayhi rociun. Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas meninggalnya Rahmatullah pak. dokter umum Solihin. Semoga memberikan kekuatan kepada Almarhum Husnul Khotim dan keluarga. Al Fatihah,” tulis JK di laman media sosial pribadinya.