Kocak! Warganet Indonesia Serbu Medsos FAM usai Mats Deijl Gagal Dinaturalisasi Malaysia

Jakarta, VIVA – Impian tim sepak bola nasional Malaysia yang diperkuat pemain tim sepak bola Belanda (Eredivisie) Go Ahead Eagles, Mats Deijl, pupus.

Menurut FIFA, Mats Deijl tidak memenuhi syarat menjadi warga negara Malaysia.

FIFA menilai darah Malaysia Mats Deijl terlalu jauh, karena bukan dari nenek atau kakeknya, melainkan dari kakeknya yang lahir di Singapura saat berada di Malaysia.

Sementara itu, FIFA menyebut syarat terbesar seorang pemain yang berasal dari garis keturunan untuk menjadi pemain adalah jika ia memiliki darah kakek atau neneknya.

Persyaratan keturunan pemain yang dapat diberikan kewarganegaraan diatur dalam Pasal 8 Peraturan FIFA tentang Penerapan Kualifikasi Perwakilan Tim Nasional, (Aturan Penerapan Peraturan).

Beberapa syaratnya antara lain pemain harus lahir di negara tersebut, ibu atau ayah pemain lahir di sana, kakek atau neneknya juga lahir di negara yang bersangkutan, atau pemain yang bersangkutan telah tinggal lebih dari satu tahun. lima tahun di negara tersebut. Negara tujuan

Menanggapi kegagalan sistem hak asasi manusia Mats Deijl, netizen Indonesia berbondong-bondong mengunjungi akun resmi X (Twitter) Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) @FAM_Malaysia.

Dalam postingan FAM tentang berakhirnya residensi Mats Deijl, cuitan lucu dari website Indonesia memenuhi kolom komentar. Ada yang bilang FAM salah jika mencari pemain asal Belanda.

“Mereka seharusnya melihat negara-negara Persemakmuran di Inggris, bukan Belanda. “Jadi buka kembali sejarahnya ya FAM,” kata salah satu warganet.

“Kak Melayu, nggak mudah Cukucuk Kucuk, tiba-tiba dapat nilai A, harus cari dulu orang yang bisa dipertimbangkan dari tim Macan Malaya. “Salah satunya adalah pengurus dan pelatih harus on line. Kalau bagus maka pemain level A akan datang sendiri, Melayu,” kata salah satu media.

“Ada lelucon tentang negara-negara yang tidak lolos ke putaran ke-3 WCQ, mereka tidak menjuarai Piala Asia U-20 pada tahun 2025,” kata seorang jurnalis.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *