Jakarta, VIVA – Meski daya beli konsumen di segmen premium lebih tinggi, namun konsumen tersebut nampaknya lebih selektif dalam memilih mobil listrik yang akan digunakan untuk mobilitas sehari-hari.
Safrantis Tanou selaku CEO BMW Astra mengatakan pembeli di segmen premium tidak mau mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak diperhitungkan.
“Kalau saya lihat di segmen premium, konsumen kita juga sangat selektif. Katanya punya uang, tapi paling tidak harga beli produk BMW (Premium) juga tinggi, mereka juga perlu hitung-hitungan, jangan asal beli,” ujarnya dikutip VIVA di Jakarta.
Menurutnya, kebiasaan konsumen di segmen premium tentunya berbeda jika dilihat dari sudut pandang pelanggan di segmen non-premium.
“Di segmen non-premium, banyak konsumen yang langsung membeli. Penting untuk membeli terlebih dahulu karena banyak fitur menarik di dalam mobil. Sekali lagi, harga yang ditawarkan juga lebih murah dibandingkan di segmen premium,” jelasnya.
Ia menambahkan: “Berbeda dengan konsumen di segmen premium, mereka jauh lebih pilih-pilih, lebih selektif, terutama terhadap sesuatu yang baru (mobil listrik).
Diakui Safrantis, konsumen di segmen mobil listrik premium tidak sebanyak konsumen di segmen non-premium.
“Di Indonesia saat ini sedang hebohnya mobil listrik karena lebih irit, ramah lingkungan, bahkan ganjil genap, dan gratis. Namun kami menyadari pembeli di segmen premium masih terbatas,” ujarnya.
Pasalnya, harga mobil listrik yang ditawarkan cukup mahal.
“Kami melihat pasar mobil di segmen menengah memang besar, apalagi saat ini merek China mendominasi. “Kami masih terbatas karena harganya cukup mahal,” kata Safrantis.
Lebih lanjut, ia mengatakan saat ini kendaraan listrik berkontribusi 20 persen terhadap penjualan BMW Astra sebagai dealer resmi BMW Indonesia.
Kontribusi penjualan kendaraan listrik sudah sebesar 20 persen terhadap total penjualan di diler BMW Astra. Dipimpin oleh BMW IX1,” tutupnya.
