Kontroversi Penetapan Kurikulum Merdeka Menjadi Kurikulum Nasional

Setiap perubahan kurikulum mempunyai efek domino yang sangat luas. Masyarakat paling mudah memahami bahwa setiap perubahan kurikulum berarti buku pelajaran pun ikut berubah. Buku peninggalan kakak sudah tidak bisa digunakan lagi. Bagi guru, ini berarti membentuk administrasi baru, mengikuti pelatihan untuk memahami kurikulum baru. Oleh Syabar Suwardiman, Evaluator Program Penggerak Sekolah dan Guru Penggerak

VIVA, tema Hari Pendidikan Nasional tahun 2024, tampaknya menggarisbawahi tekad Nadeem terhadap kritik terhadap program pendidikan mandiri yang diberi nama “Bergerak Bersama, Terus Belajar Mandiri”. Seperti pepatah “biarkan anjing menggonggong, kafilah pun berangkat”.

Kritikus menyatakan bahwa kurikulum independen tidak cukup sempurna atau komprehensif untuk digunakan sebagai kurikulum nasional. Pertama, konten akademisnya lemah dan kedua, tidak ada kerangka dasar seperti program akademis. Teks akademik merupakan kajian ilmiah tentang mengapa suatu kurikulum dilaksanakan dengan kerangka filosofis dan konseptual. Naskah ini terbuka dan berisi argumen perubahan kurikulum.

Anindito Aditomo, Kepala Badan Standar Isi dan Penilaian Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, langsung menanggapi kritik tersebut, “Semua kebijakan pendidikan inklusif kita mendasarkan pada kajian. diubah menjadi program yang tepat dengan strategi yang tepat: “Bahkan untuk mata kuliah mandiri, kajian akademik atau naskah akademik sudah ada dan tersedia di website mata kuliah Kemendikbudristek.”

Setiap perubahan kurikulum mempunyai efek domino yang sangat luas. Masyarakat paling mudah memahami bahwa setiap perubahan kurikulum berarti buku pelajaran pun ikut berubah. Buku peninggalan kakak sudah tidak bisa digunakan lagi. Bagi guru, ini berarti membentuk administrasi baru, mengikuti pelatihan untuk memahami kurikulum baru. Pemerintah akan melakukan berbagai program, mulai dari kerja lapangan, berbagai pelatihan akan dilakukan secara bertahap agar dapat segera sampai ke pelaksana lapangan, yakni dinas pendidikan.

Pemerintah mengklaim perubahan kurikulum merupakan hal yang wajar untuk menjawab tantangan zaman. Namun jika mutu pendidikan tidak tercapai, apakah kurikulum harus diubah atau ada yang lebih penting? Kalau bicara perang, silabus adalah peta untuk memenangkan perang, apakah pembaca bisa menang jika petanya tidak dipahami?

Model Kurikulum 2003 UU No. 20 tentang sistem pendidikan negara. Akhirnya siswa dapat mencapainya (menyelesaikan mata kuliah). Salah satu prinsip utama dalam pengembangan kurikulum adalah memberikan fleksibilitas bagi komponen pendidikan, guru dan siswa. Silabus dimaksudkan hanya sebagai pedoman saja dan tidak mengatur secara tegas pelaksanaan silabus.

Kolumnis pendidikan Indra Chariyadji berkata; “Perubahan kurikulum menunjukkan kegilaan.” Indra sempat mengutarakan hal tersebut kepada DPR pada Rapat Umum Pemegang Saham RI setahun lalu. Berdasarkan penjelasan Indra, mengapa jalannya berubah padahal tidak ada masalah dan tidak masuk dalam rekomendasi? Rekomendasi utama berdasarkan hasil evaluasi adalah sumber daya manusia. Berdasarkan Penilaian Kompetensi Guru yang dilakukan pemerintah dan hasilnya menunjukkan bahwa kompetensi guru rendah. Potensi permasalahan pada program studi mandiri

Komentar jenaka para guru di aplikasi TikTok menggambarkan kenyataan nyata di lapangan. Prinsip fleksibilitas, kemampuan menjelaskan dan menyederhanakan kurikulum agar mudah diadopsi, pada akhirnya kembali menjadi beban administratif. Yang terpenting adalah peningkatan beban kerja guru atau lebih tepatnya beban kerja guru. Akibat penggandaan tanggung jawab, tekanan terhadap guru semakin meningkat.

Dengan Platform Belajar Merdeka atau PMM, guru tidak hanya mengerjakan tugas secara online, namun juga mengikuti tugas offline. Fenomena ini terlihat di kalangan guru di kota-kota yang sarana dan prasarananya cukup baik. Mudah dimengerti, pemerintah pusat mempunyai anggaran dan peran besar yang dipegang oleh PMM, pemerintah daerah mempunyai anggaran dan kewenangan untuk mengembangkan guru di daerahnya melalui Dinas Pendidikan.

Sebaliknya di daerah terpencil, internet masih terbatas, bahkan pelatihan offline pun jarang dilakukan. Ada ketimpangan. Bukan hal yang aneh jika seorang guru di suatu daerah harus menempuh jarak sepuluh kilometer ke kota kecamatan untuk mendapatkan sinyal internet. Di sisi lain, seberapa sering Anda membayangkan seorang manajer mengunjungi sekolah binaan untuk menerima instruksi langsung dari manajer dengan menggunakan transportasi terbatas?

Kemampuan mengadaptasi dan memfasilitasi kurikulum bagi guru-guru yang berkualitas, cerdas dan literasi yang baik agar menjadi kurikulum yang mudah dipelajari. Hal serupa juga diutarakan Inspektur Pendidikan Indra Karishmadji, prioritas kemajuan dunia pendidikan kita adalah sumber daya manusia khususnya guru. Menurut Indra, hal tersebut memang direkomendasikan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Pandangan tersebut dibenarkan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anis Basvedans, “Apapun muatan pendidikannya, guru adalah kuncinya”. Peningkatan kualitas guru dimulai dari rekrutmen awal, pelatihan berkelanjutan, evaluasi, dan tentu saja penghargaan.

Akhir kata, penulis mengakhiri artikel ini dengan pesan dari mantan Kepala Sekolah yang sangat disayangi oleh semua siswanya hingga saat ini. “Guru menghadapi peperangan setiap saat, bekali mereka dengan senjata dan bekal yang tepat agar dapat memenangkan peperangan di setiap zaman dan melahirkan generasi penerus sesuai tujuan pendidikan dan menjadi generasi emas di setiap zaman.”

Selamat Hari Pendidikan Nasional! Bersatulah untuk Indonesia!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *