JAKARTA – Film horor garapan sutradara Angie Ombara “Vina: Before 7 Days” mendapat perhatian sejak dirilis karena kontroversi yang melingkupinya.
Berangkat dari kasus pembunuhan dan pemerkosaan mendiang Vina di Cirebon, film ini menarik perhatian dengan beberapa adegan yang berhubungan dengan penggunaan kekerasan terhadap perempuan. Perbanyak gerak ya.
Namun, Badan Sensor Film (LSF) menyetujui film ini setelah memastikan bahwa adegannya sesuai dan diberi rating 17+.
Nasrallah, ketua panitia pertama LSF, menjelaskan film tersebut lolos sensor karena dianggap memenuhi standar yang telah ditentukan.
“Ada empat kriteria kesuksesan film tersebut: adegan dialognya cocok untuk anak berusia 17 tahun 3 2024.
Salah satu adegan yang menjadi perbincangan di media sosial adalah adegan kekerasan dan pemerkosaan yang muncul pada karakter Fina. Namun Nasrallah mengatakan adegan itu masih bisa diterima karena tidak difilmkan secara eksplisit.
Nasrallah menjelaskan: “Saya tidak melihat adegan di mana saya akan diperkosa, dan tidak ada benang di tubuh Ike dan Fina.”
“Ini sudut wajah Veena. Veena sebenarnya ditembak dari bawah. Kita tidak lihat gambar cabulnya, tapi orang lihat dia diperkosa, tapi hanya di kepalanya saja,” imbuhnya.
Romi Febri Hardianto, Ketua LSF, mengatakan jika film ini dinilai berdasarkan kelompok umur, maka akan ada masalah. Oleh karena itu, diputuskan untuk mengkategorikan film tersebut sebagai 17+, dengan mempertimbangkan rasio tontonan saat ini.
“Kalau di kelas ini ada film yang adegannya sesuai usia dan bisa ditonton anak-anak, pasti jadi masalah,” jelas Romy.
Dia percaya bahwa “adegan saat ini sesuai dengan adegan yang ada, dan inilah alasan untuk kategori 17 ke atas.”
Kontroversi seputar film “In Us: 7 Days Ago” menyoroti peran penting yang dimainkan Free Expression Foundation dalam menjaga kebebasan berekspresi para pembuat film dan memastikan bahwa film yang ditayangkan peka terhadap kepentingan dan kepekaan masyarakat.