JAKARTA – Akademi Bola Basket Prajurit menerima pengaduan dari orang tua anak yang tergabung dalam Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Ini tentang memungut biaya ketika anak-anak ingin pindah klub.
Anak-anak yang ingin beralih dari Warriors ke Iron akan diminta membayar Rp 3 juta. Permintaan tersebut membuat para orang tua keberatan dengan alasan tidak ada kesepakatan saat anak bergabung dengan pejuang.
Para orang tua meminta KPAI membantu mereka karena merasa tuntutan klub menghambat perkembangan bola basket anaknya.
“Tahun lalu ada enam orang yang sudah dilatih Warriors. Karena merasa nyaman dengan pelatihnya, tapi lama-lama pelatihnya pindah,” kata Rano Budi, salah satu orang tua, saat ditemui di kantor KPAI kemarin. .
Ia menambahkan: “Anak-anak memiliki kedekatan emosional dan kepercayaan terhadap pelatihnya. Keterampilan para pemain juga akan meningkat. Kemudian keenam anak ini akan dipindahkan ke klub baru.”
Alasan mereka ingin meninggalkan Warriors dan datang ke Airron lebih karena ingin bergaul dengan pelatih daripada merekrut. Jadi alasan kenapa diminta bayar kalau mau pindah sangat sulit.
Rano Budi mengatakan, permintaan pemilik Warriors itu berdasarkan aturan dalam buku putih Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi). Tapi dia tidak pernah diberitahu tentang hal itu sejak dia bergabung dengan bocah itu.
“Kami minta surat transfer ke klub induk dan wajib mengikuti turnamen. Masalah bermula karena harus mendapat surat transfer dari klub induk sebesar Rp 3 juta,” ujarnya.
Proses pengunduran diri putri Rano ini berlangsung sejak Juli 2023. Sejauh ini, mereka belum mendapatkan apa yang diminta dari Warriors.
“Kami sudah mencoba mediasi tapi tidak ada tanggapan. Akhirnya masalah selesai dan kami adu ke KPAI. Bahkan saat kami coba bernegosiasi dengan Perbasi, mereka tidak datang,” ujarnya.