Melawan Tengkulak Demi Kesejahteraan Petani

DKI Jakarta, Titik Kumpul – Ketidaknyamanan akibat praktik tengkulak membeli produk kelapa dengan harga murah, padahal kelapa asal Indragiri Hilir berkualitas baik dan laris di pasar internasional, menjadi pendorong utama lahirnya kelapa. InacomID, yang dimulai pada tahun 2017. Oleh BT Muhammad Ariya Yusif dkk.

InacomID adalah inisiatif empat orang sahabat dari latar belakang berbeda: seorang pengusaha logistik, mantan petugas bea cukai, penjual produk pertanian, dan seorang profesional teknologi informasi (TI). Bersama-sama mereka mendirikan platform ini untuk meningkatkan kesejahteraan petani lokal dengan menghubungkan mereka langsung ke pasar lokal dan internasional dan memutus rantai perantara yang merugikan.

Visi InacomID tidak terbatas pada perantara perdagangan. Mereka terjun langsung ke lapangan dan melatih petani tentang teknik bertani yang lebih efektif dan efisien.

Misalnya saja petani di Indragiri Hilir yang masih mengandalkan cara bertani tradisional sehingga berdampak pada tidak stabilnya kualitas produk yang dihasilkan. InacomID bertujuan untuk mengubah pola pikir ini dengan mengajarkan praktik pertanian yang inovatif dan efisien, membantu petani memahami cara meningkatkan kualitas hasil panen mereka dan menjadikannya lebih berharga di pasar.

Selain memberikan bimbingan teknis, InacomID juga memberikan wawasan kepada petani mengenai perubahan nilai komoditas di pasar. Mereka belajar bahwa kacang berkualitas tinggi memiliki potensi nilai jual kembali yang jauh lebih tinggi dibandingkan kacang yang ditawarkan oleh perantara.

Dengan pemahaman baru ini, petani tidak lagi serta merta menerima tawaran murah dari perantara, namun lebih rela menawar atau menunggu waktu yang tepat untuk menjual lahannya.

Hasil dari latihan pendidikan ini jelas. Petani di Tembilahan dan Indragiri Hilir kini mempunyai daya tawar yang lebih baik. Jika dulu mereka hanya mendapat penghasilan Rp400 hingga Rp1.300 per kilo dari tengkulak, kini harga yang didapat jika berjualan melalui InacomID berkisar Rp750 hingga Rp2.100 per kilo. Dampak ini dirasakan oleh ratusan petani yang kini bisa menjual produknya dengan harga yang lebih adil dan menguntungkan.

InacomID kini tidak hanya fokus di Indragiri Hilir namun juga memperluas jangkauan operasionalnya ke lima kabupaten berbeda antara lain Tembilahan, Tanjung Jabung Timur, Lampung Selatan, Surabaya serta Buton Utara dan Donggala.

Dengan terus berupaya mengedukasi dan menghubungkan petani dengan pasar, InacomID berharap dapat menciptakan ekosistem yang lebih adil dan kuat bagi petani di Indonesia. Proyek InacomID yang didirikan oleh Mihemed Aria Yusuf berhasil meraih penghargaan Satu Indonesia Awards 2020 dari Astra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *