Membudayakan Gaya Hidup Ramah Lingkungan dengan Panel Surya

Titik Kumpul Tekno – Pemerintah Indonesia menekankan pentingnya teknologi ramah lingkungan untuk mendorong keberlanjutan dan mengatasi tantangan lingkungan.

Teknologi ini muncul sebagai upaya untuk mengurangi dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan dengan cara melestarikan dan melindungi sumber daya alam (SDA).

Diperkirakan pasar teknologi hijau dan keberlanjutan global pada tahun 2030 akan mencapai USD 62 miliar (Rp 988 triliun), dan total investasi global dalam transisi energi tahun lalu sebesar USD 1,78 triliun (Rp 28 triliun).

Di negara berkembang seperti Indonesia, teknologi hijau diyakini akan membuka jalan bagi penerapan prinsip keberlanjutan karena memberikan peluang berbeda dalam banyak hal.

Pertama, pengurangan karbon dengan mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) sebesar 20 persen melalui teknologi informasi dan komunikasi (TIK) lintas sektor.

Kedua, dematerialisasi melalui teknologi dan desain digital, yang mengurangi penggunaan material dalam produk hingga 90 persen.

Ketiga, detoksifikasi melalui desain yang lebih baik dan pengelolaan sumber daya mengurangi limbah dalam rantai produksi sebanyak 10-100 kali lipat.

Misalnya saja Oxo Group Indonesia, sebuah perusahaan pengembangan dan pengelolaan properti mewah yang berbasis di Bali, yang telah menerapkan prinsip keberlanjutan sejak didirikan pada tahun 2015.

Seluruh fasilitas yang dibangun memiliki panel surya, tempat pengumpulan air hujan, pengolahan air, filter air reverse osmosis, dan bahan baku yang dapat didaur ulang atau didaur ulang.

“Kesadaran akan dampak lingkungan dari timbunan sampah merupakan dasar penting dari zero waste. Kami telah menerapkan ini di semua proyek properti, kata Johannes Weissenbaeck, pendiri dan CEO Oxo Group Indonesia, di Titik Kumpul Tekno di Jakarta.

Bahkan, pria kelahiran Austria ini mengaku akan mentenagai seluruh perangkatnya dengan panel surya tanpa biaya tambahan bagi konsumen berkat proyek baru yang akan diluncurkan pada pertengahan tahun ini.

Jo, sapaan akrabnya, bahkan menggandeng pemasok tenaga surya untuk memasang peralatan tersebut secara gratis. Sebaliknya, konsumen akan menggunakan listrik dari sistem yang dipasok oleh fasilitas tersebut dengan harga yang setara dengan tarif listrik PLN.

Perlu diingat, seluruh pendapatan pembayaran listrik akan diambil oleh pemasok. Dengan harga yang sama dengan tarif PLN, konsumen akan mendapatkan listrik ramah lingkungan, jelasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *