Membumikan Ajaran Ki Hajar Dewantara

Jakarta, VIVA – Presiden Asosiasi Museum Indonesia (AMI) Putu Supadma Rudana mengatakan pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan Indonesia dan pendiri Taman Siswa perlu dikaji ulang. Menurutnya konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan holistik.

Dimana peserta didik dilatih menjadi manusia yang berkembang seutuhnya yaitu rasionalitas, olah emosi, olah mental dan olah raga melalui proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, dilaksanakan dalam suasana penuh keterbukaan, kebebasan dan kesenangan, kata Putu dalam keterangannya. , Senin 7 Oktober 2024.

Di luar itu, kata Putu, Ki Hajar Dewantara juga menekankan pentingnya membumikan pendidik pada kebudayaan, dan peserta didik harus memahami dan menghargai warisan budaya bangsa. Menurutnya, hal ini dapat meningkatkan rasa jati diri dan kebanggaan, serta memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap nilai-nilai lokal.

“Dalam pendidikan holistik, penting juga untuk memprioritaskan pemahaman komprehensif tentang sejarah budaya. “Dalam rangka menyempurnakan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, emosional dan spiritual,” jelas Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) ini. DPR RI periode 2019-2024.

Oleh karena itu, Putu kembali mengutip beberapa kutipan Ki Hajar Dewantara yang harus diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini. Diantaranya, pendidikan dan pengajaran di Negara Kesatuan Republik Indonesia harus berlandaskan kebudayaan dan masyarakat bangsa Indonesia, yang mengarah pada kebahagiaan batin dan keamanan lahiriah.

“Dengan adanya karakter, setiap manusia menampilkan dirinya sebagai manusia (individu) yang mandiri, yang dapat mengatur atau mengendalikan dirinya. Ia adalah manusia yang beradab dan inilah maksud dan tujuan pendidikan pada umumnya,” kata Putu. , mengutip Ki Hajar Dewantara.

Selain itu, kata Putu, gagasan Ki Hajar Dewantara adalah menjadikan setiap tempat sebagai sekolah dan menjadikan setiap orang sebagai guru. Menurut Ki Hajar Dewantara, lanjut Putu, guru adalah pejuang yang tulus dan tidak diakui dalam mencerdaskan bangsa.

“Dunia pendidikan tidak bisa lepas dari guru, yaitu guru, pejuang ikhlas dan tanpa tanda jasa yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. “Di depan seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh perbuatan yang baik, di tengah atau dikalangan peserta didik guru harus menciptakan inisiatif dan gagasan, dari belakang seorang guru harus memberikan dorongan dan bimbingan”, lanjut Putu mengutip Ki Hajar. Dewantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *