JAKARTA, Titik Kumpul – Indonesia International Book Fair (IIBF) 2024 menjadi tahapan penting bagi Cinemata Buana Cressindo (SBK) Productions untuk meluncurkan novel barunya, Pengin Hijrah. Novel tersebut merupakan adaptasi dari cerita asli yang ditulis oleh Budi Yulianto, produser eksekutif SBK Productions. Karya tersebut kemudian dikembangkan menjadi film layar lebar dan dijadwalkan untuk diproduksi dan dirilis pada tahun 2025.
Proses pemindahan atau pertukaran karya tulis film di dalam dan luar negeri telah lama menjadi bagian dari seni kreatif. Gulir terus, oke?
Proses ini semakin menarik karena banyak novel terkenal yang berhasil diadaptasi menjadi film blockbuster. Misalnya saja di Indonesia, film-film seperti Badai Pasti Berlalu karya Marga T, Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazi, dan Lashkar Pelangi karya Andrea Hirata telah membuktikan kesuksesan layar lebar dalam meningkatkan popularitas novel tersebut.
Dalam sejarahnya, Badai Pasti Berlalu terjual sebanyak 40 ribu kopi sehingga mendorong Teguh Kariya untuk mengangkatnya ke layar lebar. Begitu pula dengan Ayat-Ayat Cinta yang berhasil mencetak rekor penjualan sebanyak 750 ribu kopi yang disusul sukses besar di box office. Selain itu, judul ternama lainnya seperti Negeri 5 Menara, Perahu Kertas, dan Supernova juga menjadi bukti keberhasilan pengalihan novel ke film Tanah Air.
Budi Yulianto dalam sambutannya di IIBF 2024 menjelaskan, penerbitan novel Penguin Hijrah merupakan langkah awal memperkenalkan cerita yang akan diadaptasi menjadi film dengan judul yang sama. Film ini akan mulai diproduksi pada tahun 2024 dan dirilis pada tahun 2025.
Penguin Hijrah merupakan cerita orisinal yang ditulis oleh Budi Yulianto sebelum dikembangkan menjadi film layar lebar oleh Endike Kweswoyo dan diselesaikan oleh Benny Setiawan. SBK Productions juga menunjuk Hakim Arimba sebagai sutradara, sedangkan Avecina Soebli akan bertindak sebagai produser eksekutif. Kedua nama ini cukup beken di dunia perfilman Indonesia, terutama dalam film adaptasi novel sukses seperti Laskar Pelangi, Perahu Kertas, dan Hujan Bulan Juni.
Dalam proses pengembangan novel tersebut, SBK Production menugaskan Henki Kumayandi untuk menulis Penguin Hijrah. Henki diberi kebebasan menafsirkan cerita, masukan dari tim produksi hanya berkaitan dengan lokasi dan tokoh utama. Bogor, Belitung dan Uzbekistan dipilih sebagai latar novel ini, karena unsur budaya akan tersirat di sini, terutama latar belakang Islam Uzbekistan yang kuat.
Uzbekistan, negara dengan populasi Muslim yang besar dan situs sejarah peradaban Islam, menjadi latar yang sempurna untuk kisah Hijrah Penguin. Hal ini sesuai dengan kandungan spiritual novel yang membangkitkan semangat Hijrah, terkait hadis riwayat Imam Bukhari yang makamnya berada di Samarkand, Uzbekistan.
Justice Arimba yang sukses menggarap beberapa film drama religi box office, mengaku penelitiannya di kawasan Muslim Uzbekistan memberinya perspektif baru untuk mengarahkan film ini. Baginya, Pennine Hijrah merupakan tantangan baru yang menarik dalam praktik film. Ia pun mengapresiasi kebebasan yang diberikan kepada SBK Productions dalam memaknai novel tersebut ke layar lebar.
Dalam talkshow yang digelar di Jakarta Convention Center pada Sabtu, 28 September 2024, para pembicara sepakat bahwa ada tantangan dalam mengadaptasi novel menjadi film. Meski demikian, Budi Iulianto dan Avecina Soebli berharap novel yang bagus jika diadaptasi dengan situasi menarik berpotensi besar menghasilkan film berkualitas.
Mereka juga menekankan bahwa pembaca novel sering kali berperan sebagai kritikus awal yang dapat membantu mempromosikan novel dan pada akhirnya filmnya. Dengan ulasan dan kritik yang positif, diharapkan novel Penguin Hijrah dapat membangkitkan antusiasme calon penontonnya sehingga turut mendorong kesuksesan film tersebut ketika dirilis di bioskop.