Mengapa Kecubung Bisa Bikin Halusinasi hingga Sebabkan Kematian? Ini Penjelasan Dokter

Titik Kumpul Social – Belum lama ini, media sosial dihebohkan dengan kabar banyaknya warga Banjarmasin yang dilarikan ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) karena diduga mengonsumsi batu kecubung. Bahkan, beberapa di antaranya dikabarkan telah meninggal dunia.

Namun, baru-baru ini diketahui ada seorang warga yang menelan pil putih murni yang dicampur obat. Apapun masalahnya, tanaman kecubung justru berbahaya jika tumbuh. Klik untuk mempelajari lebih lanjut, yuk!

Konsultan Kecanduan Psikiater RSJ Sambang Lihum, Banjarmasin Dr Firdaus Yamani SpKJ (K) menjelaskan bahaya konsumsi batu kecubung. Ia juga mengungkapkan alasan mengapa tanaman tersebut menghasilkan efek yang bermanfaat.

Bahkan, katanya, mengonsumsi batu kecubung terlalu banyak atau dalam dosis besar bisa menyebabkan kematian. Dr. Firdaus dalam berita online pada Jumat 19 Juli 2024.

Ia menjelaskan, setiap biji kecubung mengandung 0,1 mg atropin. Zat tersebut paling banyak terdapat pada bunga dan daunnya, dimana setiap bunga kecubung mengandung 0,65 mg skopolamin dan 0,3 atropin.

Dosis mematikan atropin dan skopolamin yang dapat menyebabkan kematian lebih dari 10 mg dan 2-4 mg, ujarnya.

Hal ini dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian, Dr. Firdaus melaporkan, kecubung telah digunakan sebagai bahan pengobatan tradisional selama ratusan tahun di berbagai negara. Misalnya untuk asma, batuk, muntah dan pereda nyeri.

Namun karena efeknya yang berbahaya dan penyalahgunaannya, penggunaan kecubung sebagai obat masih dibatasi. Selain itu, BPOM juga telah melarang penggunaan kecubung sebagai obat tradisional, jelasnya.

Pada saat yang sama, Dr. dia menjelaskan. Firdaus juga menetralkan efek makan kecubung. Segala sesuatu mulai dari obat penenang, bicara cadel, paparan atau ketakutan terhadap sinar matahari, peningkatan suhu tubuh, jantung berdebar-debar, kemarahan atau kegugupan, disosiasi, hingga depresi dan kecemasan dapat menyebabkan kematian.

“Bisa (menyebabkan kematian) jika digunakan dalam dosis yang mematikan. Lalu kematian terjadi karena depresi.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *