JAKARTA – Penderita serangan jantung kerap mengalami kematian mendadak. Namun, terungkap bahwa kematian mendadak tidak hanya dialami oleh pasien penyakit jantung. Demikian dari dokter spesialis jantung dan kardiovaskular, Dr. Utojo Rubiantoro, SP.JP(K).
“Penyebab kematian mendadak sekitar 70% karena penyakit jantung. Itu yang paling umum. Namun, 30% disebabkan oleh penyakit lain seperti aorta (pembuluh darah), diikuti emboli paru, dan bahkan jika ada. darurat di otak, ada stroke, darah atau penyumbatan di otak. Jika Anda mengalami stroke berat, Anda bisa mendapatkannya di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading Jakarta pada Sabtu, 8 Juni 2024. Nantikan informasi lebih lengkapnya!
Dr Utoyo menjelaskan, pasien tidak merasakan gejala sama sekali karena penyakit tersebut menyebabkan kematian mendadak. Sekalipun ada gejala, pasien sering kali tidak mengenalinya dan baru menyadarinya saat gejala sudah terlalu parah atau sudah terlambat.
“Tapi sebenarnya sebelum suatu penyakit atau kondisi serius menjadi komplikasi, sebenarnya sudah ada penyakitnya. Misalnya disleksia atau pecahnya aorta, kalau kita masih muda ukurannya normal dan besar tanpa pecah. Terjadi, “pasien mengkhawatirkan ukurannya. “Tidak ada keluhan mengenai hal itu,” jelasnya.
Itu sebabnya banyak pasien baru mengetahui penyakitnya ketika sudah didiagnosis, dan seringkali mereka tidak mengetahuinya tanpa diagnosis. Karena tidak semua orang punya keluhan. Keluhan. “Itu sudah menjadi a pukulan serius dan itu serangan jantung,” tambahnya.
Yang lebih mengejutkan lagi, dr Utoyo mengungkapkan bahwa kematian mendadak tidak hanya disebabkan oleh penyakit. Namun, keadaan tertentu bisa menyebabkan seseorang meninggal mendadak.
“Terkadang ada penyakit yang bisa menyebabkan kematian mendadak, serta kondisi tertentu seperti gangguan elektrolit seperti natrium, kalium, dan magnesium. Jadi kalau kekurangan kalium sangat kuat atau tinggi atau rendah, bisa juga menyebabkan penyakit jantung. Hentikan itu Berdebar ), tidak ada penyakit jantung,” ujarnya.
Dr Utoyo mencontohkan seorang pasien gagal ginjal yang mengalami hiperkalemia. Salah satu komplikasi dari gagal ginjal sendiri adalah kalium dalam tubuh. Jika kadarnya terlalu tinggi, serangan jantung bisa terjadi. Namun, Utoyo menegaskan, meski serangan jantung sendiri bukan merupakan serangan jantung, namun keduanya dapat menyebabkan serangan jantung dan berujung pada kematian pasien. Namun, hal ini biasanya dapat dicegah dan kalium kembali normal jika pasien menjalani operasi atau cuci darah.
Atau potasiumnya terlalu rendah. Misalnya pada penderita diare, diare menyebabkan hilangnya potasium, dan jika terlalu rendah, bisa menyebabkan serangan jantung. Jadi bukan hanya penyakit, bisa juga menyebabkan serangan jantung. .Bisa menyebabkan kematian mendadak.” “Benar,” pungkas dr Utoyo.
Kepala Departemen Medis dan Penunjang Medis Dr. Mitra Keluarga Kelapa Gading. Ivan Gunawan menambahkan, rumah sakit miliknya telah dikontrak untuk mendirikan pusat jantung dan pembuluh darah sejak 2006.
“Kami sudah melakukan ini sejak tahun 2006 dan telah mendirikan pusat jantung dan pembuluh darah. Kami juga didukung oleh dokter ahli seperti dr Utoyo dan masih banyak lagi,” ujarnya.
“Kami juga memiliki alat MCU (Diagnostik Medis) mulai dari tes darah, CT jantung hingga angiografi. Jadi di Mitra Keluarga, kami berkomitmen untuk mendukung komunitas kami untuk memiliki MCU yang tepat sehingga kami dapat mendeteksi serangan dan lainnya sebelum terjadi bisa terjadi,” pungkas dr Ivan Gunawan.