Jakarta – Penyakit radang usus adalah istilah yang mengacu pada penyakit Crohn dan kolitis ulserativa, dua penyakit radang yang menyerang 1,6 juta orang Amerika, yang sebagian besar didiagnosis sebelum usia 35 tahun.
IBD atau penyakit radang usus (IBD) merupakan penyakit autoimun atau dikenal juga dengan peradangan usus kronis. IBD adalah nama umum yang digunakan untuk menggambarkan dua penyakit usus kronis, penyakit Crohn dan kolitis ulserativa, yang menyebabkan peradangan usus. Penyakit ini bisa menyerang bagian saluran pencernaan mana pun, mulai dari mulut hingga anus.
Menurut Johns Hopkins Medicine, IBD adalah penyakit autoimun, artinya sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat. Belum diketahui apa yang memicu serangan ini dan mengapa beberapa orang mengembangkan IBD dan yang lainnya tidak.
Namun, para peneliti berupaya untuk lebih memahami mekanisme yang mendasari kondisi ini dan pengaruh faktor genetik, lingkungan, infeksi, imunologi, dan lainnya, termasuk keseimbangan bakteri usus.
IBD dapat menyerang orang dari etnis atau ras apa pun, namun secara statistik, orang keturunan Yahudi memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit radang usus. Faktor lingkungan bisa berpengaruh. IBD jarang terjadi di belahan bumi selatan.
IBD dapat diturunkan dalam keluarga, namun dapat juga berkembang secara sporadis, meskipun Anda tidak memiliki riwayat keluarga IBD. Menurut penelitian, 5 hingga 20 persen penderita penyakit radang usus memiliki kerabat tingkat pertama, seperti orang tua, anak, atau saudara kandung, yang mengidap penyakit tersebut.
Selain itu, IBD dapat menyerang anak-anak dan lebih sering terjadi pada remaja dibandingkan anak kecil. IBD pada anak-anak membutuhkan waktu lebih lama untuk didiagnosis karena mereka mungkin mengabaikan gejalanya, yang juga sulit dideteksi oleh orang tua, terutama pada anak yang lebih besar.
IBD menyebabkan berbagai masalah pada usus besar dan rektum, namun juga dapat mempengaruhi bagian tubuh lainnya. Gejala bisa datang dan pergi. Pasien dengan IBD mungkin mengalami eksaserbasi penyakit yang diikuti dengan periode tanpa gejala.
Tanda-tanda awal IBD dapat terjadi karena sesuatu yang mengiritasi usus, seperti obat-obatan (termasuk aspirin, ibuprofen, dan antibiotik) atau infeksi saluran cerna. Iritasi atau infeksi hilang, namun sistem kekebalan tubuh terus merespons.
Yang lebih menakutkan lagi, penyakit radang usus ini bisa meningkatkan risiko Anda terkena kanker usus besar hingga empat kali lipat. Semakin lama Anda hidup dengan radang usus, semakin besar kemungkinan terjadinya perubahan kanker pada sel usus.
Data menunjukkan peningkatan risiko kanker usus besar pada pasien yang didiagnosis IBD di usia lebih muda, terutama jika mereka memiliki riwayat keluarga dengan kanker usus besar atau faktor risiko lainnya, termasuk primary sclerosing cholangitis.
Meskipun tidak ada obat untuk IBD, peradangan dan gejalanya dapat dikurangi dengan beberapa pengobatan. Tujuan pengobatan IBD adalah untuk mencegah terulangnya penyakit di masa depan dan memperbaiki peradangan usus, baik pada mukosa usus maupun pada tingkat sel dalam.
Karena IBD sering menyebabkan masalah di berbagai bagian tubuh, pendekatan pengobatan multispesialis dapat membantu. Spesialis di bidang gastroenterologi, bedah usus besar, reumatologi, dermatologi, oftalmologi, dan lainnya bekerja sama untuk meningkatkan kualitas hidup pasien IBD.