JAKARTA. Ramalan Jayabaya memang menjadi ramalan klasik yang sering disebutkan pada saat terjadi peristiwa besar di Indonesia dan diyakini mampu meramal masa depan negara.
Namun Jayabaya bukanlah seorang dukun pada masanya. Ia merupakan seorang raja yang memerintah kerajaan Kediri pada Abad Pertengahan.
Menurut buku Mengungkap Rahasia Ramalan Jayabaya (2012) karya D. Sosetro dan Zein al Arif, nama lengkap Jayabaya adalah Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhai Sri Varmeswara Madhusudan Avataranindita Sukhtrisingh Parakrama Uttunggadeva atau dikenal dengan Prabu Jayabaya.
Jayabaya adalah seorang raja Panjalu atau Kediri yang memerintah pada tahun 1135 hingga 1157. Ia dianggap sebagai pemimpin yang bijaksana seperti Sang Hyang Wisnu yang menjaga kesejahteraan.
Kepemimpinannya yang bijaksana mengantarkan masa keemasan Kerajaan Kediri dan didukung oleh ulama terkemuka seperti Empu Sedah, Panuluh, Dharmaja, Triguna dan Manoguna.
Di bawah Prabu Jayabaya, Istana Kediri menciptakan Kakawin Baratayuda, Ghatut Kakas. Ia mencapai puncak ketenarannya dengan karya sastra berkualitas tinggi seperti Gathutkacasraya dan Hariwangsa.
Strategi Jayabaya dalam memajukan masyarakat juga luar biasa. Pesatnya perkembangan pertanian dan perkebunan serta kelancaran fungsi perekonomian menjadikan Kerajaan Kediri dikenal dengan sebutan “gemah ripah loh jinawi” dan “medali perdamaian karta raharja”.
Di bidang spiritual, Kerajaan Kediri juga mengalami kemajuan yang signifikan. Bangunan keagamaan dibangun di mana-mana dan guru spiritual dihormati.
Raja Jayabaya sering melakukan penebusan dosa dan bermeditasi di hutan terpencil. Ia juga dikenal dengan ramalannya yang dikenal dengan terminologi Jayabaya, yang awalnya diungkapkan dalam bentuk tembang atau kakawin yang ditulis oleh Jayabaya. Namun tidak ada yang tahu siapa yang menyusun cerita 20 Buku Jayabaya Lainnya ini.
Lebih dari 20 karya sastra yang menceritakan ramalan Jayabaya beredar luas di kalangan masyarakat. Salah satu karya paling awal dan orisinal yang memuat ramalan Jayabaya adalah Asrar karya Sunan Giri Prapen yang disusun pada tahun 1540 Saka atau tahun 1618 Masehi.
Kisah nubuatan seorang nenek moyang orang Jawa ini menjadi sebuah legenda yang sangat terkenal. Tiga ramalan ajaib mengenai kedatangan kekuatan asing, perkembangan teknologi transportasi, dan perubahan cuaca konon pernah terjadi.
Pertama, ramalan Jayabaya yang diyakini menjadi kenyataan adalah tentang kedatangan orang kulit putih yang akan membawa senjata yang dapat membunuh orang. Ramalan ini diyakini merujuk pada kedatangan Belanda dengan membawa senjata.
Selain itu, Jayabaya juga meramalkan kedatangan Jepang. Jayabaya dalam ramalannya menggambarkan mereka sebagai kaum berkulit kuning dari utara.
Kedua, prediksi Jayabaya tentang kemajuan kendaraan yang bisa melaju tanpa kuda bahkan terbang. Ramalan ini tercermin dalam ungkapan “Kreto mulga tanpo jaran, prau mulga ing duwur awang-awang (Kereta melaju tanpa kuda, kapal terbang di atas awan).”
Terakhir, ramalan cuaca juga menyebutkan perubahan cuaca, seperti hujan pada waktu yang tidak biasa, seperti yang diungkapkan dalam kalimat “Akeh udan salah mongso”.
Ramalan Jayabaya diyakini berlaku hingga tahun 2100.