Mengenal Sosok Jenderal Bintang 5 yang Hanya Ada 3 di Indonesia

Jakarta – Memahami ciri-ciri dan latar belakang tiga orang yang berpangkat jenderal bintang lima di Indonesia. Mencapai pangkat tertinggi di Tentara Nasional Indonesia (TNI) merupakan sebuah prestasi yang sangat istimewa.

Pasalnya, pangkat jenderal bintang lima merupakan jabatan tertinggi dalam struktur militer yang tidak terabaikan bagi perwira. Lantas, siapa sajakah sosok-sosok tersebut?

Pada artikel kali ini VIVA akan memaparkan profil tiga jenderal bintang lima di Indonesia.1. Soedirman

Jenderal Besar TNI (anumerta) Raden Soedirman atau biasa disapa Jenderal Soedirman merupakan salah satu tokoh besar Tanah Air. Mengutip situs resmi Pusat Sejarah TNI, Soedirman dianugerahi gelar kehormatan Mayjen TNI pada 30 September 1997.

Pemberian opini umum bintang lima merupakan peristiwa yang sangat istimewa. Sebab, pangkat tersebut hanya diberikan kepada prajurit yang telah berjasa besar bagi bangsa dan negara.

Sudirman diangkat menjadi Panglima TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan pangkat Jenderal oleh Presiden Suekarno pada tanggal 18 Desember 1945. TKR kemudian berganti nama menjadi TRI (Tentara Republik Indonesia) pada tanggal 24 Januari 1946.

Kisah Jenderal Soedirman yang paling terkenal adalah kampanye gerilyanya selama 7 bulan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sudirman sedang sakit saat itu. Itu pun harus dibawa oleh anak buahnya dengan tandu. Perang gerilya yang dilakukan TNI terhadap rakyat akhirnya berhasil mengalahkan Belanda 2. Soeharto

Soeharto menjadi presiden dengan masa pemerintahan terlama di Indonesia, yakni 32 tahun dengan enam kali pemilu.

Selama menjabat, ada enam wakil presiden berbeda yang mendampingi Soeharto menjadi presiden, mulai dari Hamengkubuwono IX, Adam Malik, Umar Wirahadikusumah, Soedharmo, Try Sutrisno, hingga Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie.

Sebelum menjadi presiden, Soeharto memimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda. Pangkat terakhir yang dipegangnya adalah Mayor Jenderal.

Pada tanggal 1 Maret 1949, ia ikut serta dalam penyerangan umum dan berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam.

Pada usia 41 tahun, ia dipromosikan menjadi mayor jenderal dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat, sekaligus menjabat sebagai Wakil Wilayah Timur Indonesia Makassar.3. AH Nasution

Abdul Haris Nasution lahir di Tapanuli Selatan pada tanggal 3 Desember 1918. Ia tertarik pada bidang militer dan bersekolah di Korps Perwira Cadangan (CORO) atau KNIL di Bandung pada tahun 1940-1942.

Di TNI AD, Nasution dikenal sebagai pemikir dan konseptualis ulung. Menurut Pusat Sejarah TNI, Nasution punya beberapa gagasan untuk pengembangan TNI.

Ide-ide tersebut antara lain konsep perang gerilya, konsep operasi penumpasan PKI Madiun tahun 1948 yang memimpin MBKD (Markas Komando Djawa) pada invasi militer Belanda kedua, eksponen politik “kembali ke UUD 1945”. , dan perumus. Dari konsep jalan tengah.

Nasution juga berperan dalam pembebasan Iran Barat dengan melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda sebagai langkah awal. Selanjutnya, Nasution pun menyikapi gerakan PKI dengan menolak berbagai gagasan yang dikemukakan PKI di berbagai bidang. Ini termasuk pers, budaya teritorial dan militer.

Karena kemampuannya yang luar biasa, Nasution mendapat penghargaan dari beberapa universitas.

Beliau memperoleh gelar doktor dari Universitas Pajajaran dan Universitas Islam Sumatera Utara. Sementara itu, ia mendapat gelar doktor causa di bidang politik konstitusional Filipina.

Pada tanggal 30 September 1997, ia diangkat menjadi Mayor Jenderal TNI dan dinyatakan melalui Keputusan Presiden Nomor 46/ABRI/1997.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *