Menghidupkan Kembali Warisan dalam Setiap Langkah

Jakarta, VIVA – Plastik sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat karena memiliki banyak keunggulan, seperti harganya yang murah, mudah ditemukan dan diproduksi, serta mudah dibentuk sesuai kebutuhan.

Dalam jurnal ilmiah berjudul ‘The World of Plastic Waste: A Review’, plastik pertama kali ditemukan pada tahun 1860 dan mulai menjadi industri global pada tahun 1907.

Berdasarkan data terkini, jumlah produksi plastik akan mencapai 400 juta ton pada tahun 2022. Kebutuhan untuk mengurangi sampah plastik semakin mendesak setiap tahunnya.

Meskipun sudah ada kebijakan pelarangan penggunaan sampah plastik sekali pakai, namun laju produksi sampah plastik belum mengalami penurunan yang signifikan.

Menurut data Statista, lebih dari 350 juta ton sampah plastik dihasilkan setiap tahunnya di dunia. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2060.

Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2023 menunjukkan 19 persen dari 22.986.742 ton sampah yang dihasilkan masyarakat Indonesia merupakan sampah plastik.

Khusus Bali, menurut laporan Bali Partnership – kelompok kerja dari pemerintah daerah hingga akademisi – diperkirakan terdapat sekitar 303 ribu ton sampah plastik setiap tahunnya.

Birkenstock, merek sepatu asal Jerman, bermitra dengan Rumah Plastik yang dirintis oleh Putu Eka Darmawan, pemuda asal Singaraja, Bali, yang peduli terhadap lingkungan dan mengubah sampah plastik menjadi barang berharga untuk dijual.

Kemitraan ini mencerminkan warisan pendirinya, Johann Adam Birkenstock, yang menekankan pentingnya keberlanjutan dan inovasi dalam industri modern, sehingga memperkuat hubungan pelanggan melalui inisiatif lingkungan yang efektif.

Selain itu, dengan menyulap sisa bahan produksi menjadi karya seni yang indah, pendidikan khusus seni kulit diperkenalkan kembali.

Tak hanya kolaborasi dengan Rumah Plastik, namun juga Oka Kartini, sosok inspiratif asal Bali yang menginspirasi dengan kegigihannya dalam dunia bisnis dan kecintaannya pada dunia seni.

Ini belum semuanya. Brand yang lahir di desa kecil bernama Langen-Bergheim ini tetap memegang teguh prinsip dasar yang mengutamakan kenyamanan dan kualitas dalam perkembangan industri fashion.

Mulai dari Madrid yang legendaris, Arizona yang menjadi simbol perlawanan budaya, hingga Giza yang menawarkan gaya elegan dan klasik. Hal ini menjadikannya sepatu ikonik dan menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda.

Tak hanya soal lingkungan hidup, Birkenstock juga menyelenggarakan serangkaian kegiatan di Pulau Dewata. Dimulai dengan jalan pagi di Campuhan Ridge Walk, mengunjungi Pasar Seni Ubud, menjelajahi keindahan Puri Ubud.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *