Menguak Bahayanya Pernikahan Dini untuk Kesehatan Fisik dan Mental Remaja

VIVA Salon – Pernikahan pertama di Indonesia merupakan isu penting yang patut mendapat perhatian. Berdasarkan statistik yang dirilis UNICEF pada akhir tahun 2022, Indonesia menduduki peringkat kedelapan tertinggi pernikahan dini di dunia.

Tak hanya itu, Indonesia juga menempati peringkat kedua di ASEAN dengan total 1,5 juta pernikahan anak. Gulir ke bawah untuk mengetahui lebih lanjut!

Menurut WHO, pernikahan dini adalah pernikahan sebelum usia 18 tahun. WHO menganggap pernikahan dini sebagai masalah kesehatan dan hak asasi manusia yang penting untuk diatasi.

Tanpa alasan, pernikahan dini berdampak pada kesehatan generasi muda, baik fisik, mental, dan kesehatan reproduksi. Menurut situs WHO, pernikahan dini juga meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga, masalah kehamilan dan persalinan, serta masalah sosial dan psikologis.

Pernikahan dini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama bagi para remaja putra. Beberapa permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh pernikahan dini antara lain:

1. Masalah kehamilan dan persalinan

Remaja yang menikah di usia muda berisiko mengalami masalah pada masa kehamilan dan persalinan. Tubuh remaja putri mungkin belum siap menghadapi kehamilan dan persalinan, sehingga meningkatkan risiko cacat lahir dan komplikasi.

2. Infertilitas

Karena belum cukup umur, pernikahan dini dapat mengganggu perkembangan sistem reproduksi remaja sehingga dapat mengakibatkan amenore, infertilitas atau masalah reproduksi lainnya di kemudian hari.

3. Disfungsi seksual mengganggu seseorang

Remaja yang menikah muda mungkin kurang berpendidikan tentang kesehatan seksual dan berisiko tertular Infeksi Menular Seksual (IMS) atau penyakit menular seksual (PMS). Hal ini disebabkan kurangnya pendidikan dan akses terhadap layanan kesehatan seksual yang aman.

4. Kesehatan jiwa

Meski bukan merupakan masalah fisik secara langsung, namun pernikahan dini dapat berdampak pada kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan stres yang pada akhirnya dapat berdampak pada kesehatan fisik mereka.

5. Kenikmatan membentuk tubuh

Remaja yang menikah di usia muda mungkin akan kesulitan untuk menyediakan makanan yang cukup bagi dirinya dan anak-anaknya. Sebab, mereka masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan.

6. Anak dilahirkan dengan pikiran yang sempit 

Pernikahan dini dapat meningkatkan risiko memiliki anak penyandang disabilitas. Hal ini dikarenakan ibu mengalami kehamilan ganda. Selain itu, kurangnya akses terhadap layanan kesehatan selama kehamilan dan kurangnya pengetahuan gizi dapat mempengaruhi kesehatan perempuan dan perkembangan janin.

Berapa usia yang tepat untuk menikah?

Menikah di waktu yang tepat merupakan hal yang penting karena pada usia ini seseorang ingin lebih percaya diri dan dewasa serta memperoleh kemandirian finansial. Hal ini membuka peluang untuk membangun hubungan yang lebih baik, sehat dan stabil serta memberikan lebih banyak peluang untuk mencapai tujuan hidup di masa depan.

Lantas, berapa usia terbaik untuk menikah? Sesuai rekomendasi Badan Keluarga Berencana dan Sosial Norwegia (BKKBN), usia ideal untuk menikah adalah 25 tahun bagi laki-laki dan 21 tahun bagi perempuan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *