Menguak Fakta Pasukan Tengkorak Kostrad TNI Loncat dari Pesawat ke Jurang Langit Kota Mati Dawuan

VIVA – Ratusan prajurit tempur senior Batalyon Infanteri 305/Tengkorak Para Raider, Kostrad, TNI Angkatan Darat baru saja terjun payung ke lembah kematian di Daowan, Kalari, Karawang, Jawa Barat.

Dalam kudeta yang disaksikan langsung Pangdivif 1 Kostrad, Mayjen TNI Bobby Renal McMunn, Pasukan Tengkorak, mendarat dengan selamat.

Namun banyak fakta menarik yang ditemukan dan didapat VIVA Military saat menyaksikan langsung proses parasut yang disebut Refreshment Falls 2023.

Engin… Engin… Pembaca setia pasti penasaran apa saja kebenaran yang akan diungkap VIVA Military dalam artikel kali ini.

Baiklah, mari kita mulai….

Pada Sabtu dini hari tanggal 21 Oktober 2023, pasukan Tengkorak bersama Wakil Komandan UNIF PR 305/Tengkorak Mayor Anjas Suryana Putra bersama Lettu. Inf Abdul Basir berangkat ke Lanud Halim Perdanaksuma di Jata Timur.

Setibanya di Halim, pesawat Hercules C130 TNI AU dari Skadron 31 meluncur menuju landasan bersama pilot dan kru, termasuk tim jumpmaster.

Para prajurit batalion mulai bersiap memasuki kabin pesawat berbadan panjang tersebut. Kemudian, dengan parasut, para prajurit itu naik ke pesawat satu per satu.

Beberapa saat kemudian, pesawat menuju drop zone di Karawang. Di sinilah lingkungan mulai berubah secara dramatis. Saat tubuh mereka bersiap untuk melakukan lompatan, terlihat para pelompat mulai bersenandung dan berdoa kepada Tuhan untuk keselamatan.

Maklum saja, meski hanya sekedar pembaruan, namun tingkat kerentanannya sangat tinggi. Kesalahan sekecil apa pun bisa berakibat fatal bagi pelompat dan tentunya penerbangan itu sendiri. Hidup dipertaruhkan.

Dekat drop zone di Lembah Kota Mati Davan, pintu pesawat terbuka. Nah, pada saat inilah kekerasan biasanya meningkat. Hal ini sering terjadi dan merupakan hal yang manusiawi. Karena di depan mata kita langit telah terhampar.

Namun lucunya para prajurit batalyon tersebut tetap tersenyum, bahkan bercanda kegirangan. Ini menunjukkan, nyali mereka sebagai penerbang benar-benar diuji. Meski wajah mereka tidak normal, mereka pucat dan menderita.

Bahkan, pada jarak 1.200 kaki, pelaksana menenggelamkan yang baru. Seperti Panglima Pasukan Tengkorak, Letjen prihatin. Kol. Inf Ardensiah alias Raja Ibon Kugela. Apalagi saat mendengar sinyal dari pengeras suara di drop zone bahwa anak-anak akan melompat dari kabin pesawat dalam 1 menit.

Saatnya para penerjun payung menyelesaikan misi utamanya, melompat, terbang dan mendarat dengan selamat di tanah Dhawan. Dari bawah terlihat para penerjun payung mulai melompat ke langit dari dalam kabin pesawat dan menyaksikan parasut mengembang.

Di tenda pengamat, Raja Ebon Kugela tidak bisa memalingkan muka, matanya hanya terfokus pada bagian bawah pesawat, mengamati setiap pelompat yang jatuh dari kabin hingga orang terakhir.

Saat pesawat terbang keluar masuk Dhawan, para mahasiswa Akademi Militer ARUPADATU angkatan 2004 tak kuasa menahan rasa khawatirnya terhadap keselamatan anak-anaknya. Wajahnya sangat gelisah dan semuanya hilang hanya setelah semua Shorty Jumper ketiga benar-benar menginjakkan kaki di Lembah Kota Mati Dhawan. “Alhamdulillah,” ucap Raja Ebon Kugela lirih sambil tersenyum.

Peterson dengan mudah dijatuhkan ke tanah. Namun bagaimana dengan status kelompok pendukung pesawat tersebut? Ada dua tentara pendukung dari cahaya yang muntah di pesawat. Mereka kehabisan napas karena mau tidak mau muntah dari pesawat selama penerbangan.

Senang di lahan kering…

Saat melakukan lompatan, tantangan terbesarnya adalah kondisi angin. Dan singkatnya, angin masih bersahabat. Namun pada lap kedua dan ketiga, saat matahari mulai terbit, angin mulai bertiup kencang dan terus berubah arah.

Selain angin, para penerjun harus menghadapi kesulitan saat mendarat, karena tidak ada hujan, area basah. Tanah di drop zone sangat keras, tajam dan berdebu.

Meski kondisinya sama, lompatan pasukan kerangka sungguh menyenangkan. Sesampainya di darat, mereka langsung berkumpul di beberapa tempat. Mengeluarkan makanan dan minuman dari tas yang mereka bawa dari asrama, gelak tawa pun menyebar seolah-olah mereka sedang tur.

Bahkan, ternyata begitu parasut sudah mengudara, koneksi terus berlanjut. Di sana, mereka serentak saling berteriak untuk mengatur posisi lompatan agar tidak bertabrakan dengan parasut. Jadi tidak diam saja seperti batu yang jatuh dari ketinggian.

Setelah semua pelompat mendarat, mereka bergerak menuju sebuah taman di tengah Kota Mati Daowan. Semula pos komando taktis akan dibentuk di lapangan. Hanya karena cuaca sedang panas sekali, Raja Ebon memerintahkan para prajuritnya untuk beristirahat dan makan di tempat yang terlindung dari sinar matahari.

Di taman, orang mengumpulkan semut. Ibu, anak dan ayah bergabung dengan tentara yang keluar dari kota mati Dhawan. Para pedagang yang membuat butgur, bakso, es dan lain-lain juga banyak yang menjajakan dagangannya.

Raja Ibon Kugela kemudian memimpin dan menginspeksi kudeta tersebut. Prajurit tengkorak tidak bisa cukup dipuji karena melakukan lompatan penyegaran.

Para pelompat yang melakukan lompatan luar biasa juga mendapat pujian. “Siapa yang terakhir melakukan kudeta,” kata Raja Ibon Kugela.

Seorang tentara berdiri, tak lain adalah Sersan Satu Indika. Raja Ebon memanggilnya dan memberinya uang sebagai hadiah. Bahkan, saat Serto Indika melompat mendapat tepuk tangan dari jajaran Divisi Infanteri 1 Kostrad, lompatannya mulus, santai dan mendarat dengan sempurna. Tak hanya Sartu Indika, ada perusahaan yang juga meraih penghargaan untuk penampilan lagu terbaik.

Kemudian makanan, minuman, buah-buahan, dan rokok dibagikan. Para prajurit beristirahat untuk makan siang. Di tengah makan, Raja Ebon Kugela tiba-tiba mengeluarkan perintah tak terduga yang tidak ada dalam rencananya.

“Setelah ini saya akan memberikan sejumlah uang ke kas negara, tapi semuanya harus dibelanjakan. Dan nanti ada belanja di warung-warung. “Mereka kangen kita, doakan dan berharap kita bisa kesini lagi setelah ini. Kita senang karena semua kegiatan aman dan mudah, masyarakat juga senang karena penjualannya,” kata Raja Ebon.

Usai makan, para prajurit segera mengejar para pedagang di sekitar taman hingga ke toko-toko. Banyak pedagang gerobak yang kecewa dengan pelayanannya karena penjualannya grosir. Pembuat Batagore bahkan mengajak temannya karena stok Batagore semakin menipis.

Tiba saatnya Pasukan Tengkorak kembali ke markas tercintanya di Telukjambe, Karawang. Bus dan truk pengangkut sedang menunggu. Disitulah Raja Ebon kembali bersuara, kali ini memberikan uang sebesar dua juta rupee untuk pembelian ikan mas untuk disimpan di tangki perkemahan, sehingga sesampainya di tengah, para prajurit dapat segera istirahat dan diambil ikannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *