Titik Kumpul – Nutrisi memegang peranan penting dalam kesehatan tubuh secara keseluruhan. Jika tidak dilakukan dengan baik dapat menimbulkan berbagai gangguan seperti stunting pada anak.
Jika berlebihan maka ada risiko obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa nutrisi seimbang dari makanan sehari-hari merupakan kunci kesehatan tubuh.
Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi gizi makanan sehingga berpotensi mengganggu kebutuhan gizi, seperti asupan gula yang berlebihan, penggunaan wadah makanan yang tidak tepat, gaya hidup yang tidak aktif, dan program pola makan yang tidak sehat.
Dr. menjelaskan semua masalah ini secara mendalam. Aditya Warman, MPH dalam salah satu videonya bersama YouTuber Nessie Judge. Yuk, simak informasinya di sini.
1. Tidak suka yang manis-manis, tapi punya diabetes?
Dr. Adityavarman, MPH, menjelaskan karbohidrat yang dikonsumsi sehari-hari akan diolah tubuh menjadi gula hingga menggandakan asupan gula seseorang.
Hal inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat setiap orang berisiko terkena diabetes, termasuk mereka yang tidak menyukai makanan atau minuman manis. Nessi juga membahas tentang meningkatnya jumlah anak muda yang mengidap diabetes.
Adityavarman, MPH mengatakan hal ini bisa terjadi karena makanan masa kini mengandung jenis rempah-rempah dan biasanya gula yang berbeda dibandingkan dengan makanan zaman dahulu.
Oleh karena itu, seseorang tidak boleh mengonsumsi makanan tanpa menyadari bahwa asupan gulanya telah melebihi jumlah yang dibutuhkan. Bahkan, Kementerian Kesehatan menganjurkan untuk membatasi konsumsi gula sebanyak 50 gram atau 4 sendok makan per hari.
2. Perhatikan tidak hanya makanan yang Anda makan, tapi juga makanan yang Anda gunakan!
Dr melalui video ini. Adityavarman, MPH mengatakan nutrisi bukan hanya soal makanan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemilihan wadah makanan. Wadah makanan berbahan plastik dikatakan aman digunakan asalkan digunakan pada suhu di atas 70 derajat.
“Jika (plastik) dipanaskan dalam waktu lama hingga suhu mencapai 80, 90, kemungkinan besar akan terjadi migrasi, yaitu senyawa-senyawa yang ada di dalam plastik tersebut akan menempel pada makanan, sehingga kita tidak melakukannya. lakukan itu. Sadar bahwa kita sedang makan bahan kimia,” jelas Dr. Adityavarman, MPH.
Selain itu, Dr. Adityawarman, MPH mengungkapkan, botol minuman plastik atau botol susu dapat dicuci atau dibersihkan dengan cara direbus atau menggunakan air panas. Pasalnya, air rebusan tersebut nantinya akan dibuang, sehingga bahan-bahan kimia yang mungkin berpindah dari botol plastik tersebut juga akan terbuang (tidak dimakan).
3. Ternyata wadah makanan dan minuman bebas BPA belum tentu aman
Adityawarman, MPH menjelaskan, wadah minuman atau makanan berlabel BPA free belum tentu aman. Setiap jenis plastik, termasuk plastik PC dan PET, memiliki risiko kesehatan tersendiri tergantung pada tingkat zat kimia aktif yang dikandungnya, ujarnya.
Terkait BPA, BPOM telah menetapkan batas maksimal transfer sebesar 0,6 bpj atau 600 mikrogram/kg untuk kemasan pangan. Sementara itu, Dr menyebutkan. Adityawarman, MPH mengatakan kandungan BPA yang dicerna manusia sangat rendah, yakni sekitar 6 ng/kg. Artinya dibutuhkan sekitar 16.000 liter air/kg berat badan agar kandungan BPA dapat mempengaruhi kesehatan tubuh.
Selain itu dijelaskan juga bahwa sekitar 90% atau hampir sebagian besar BPA yang masuk ke dalam tubuh dinetralkan sehingga menjadi zat tidak aktif dan dikeluarkan melalui urin. Dan hanya 10% yang tersisa di dalam tubuh, atau sekitar 4,3 ng/ml pada anak-anak, 2,8 ng/ml pada remaja, dan 2,3 ng/ml pada orang dewasa.
Lalu, mengingat kandungan BPA dalam galon air minum, rupanya masih dianggap aman bagi tubuh. Pasalnya, Anda harus mewaspadai bahaya BPA pada galon jika galon tersebut terkena terik matahari di atas 70 derajat Celcius selama kurang lebih 10 hari.
4. Hati-hati, diet ketat itu berbahaya
Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford, crash diet adalah diet yang dirancang untuk menurunkan berat badan dengan sangat cepat dengan membatasi asupan kalori secara ketat dalam jangka waktu yang relatif singkat.
Adityavarman, MPH mengatakan, pola makan seperti ini tidak baik dilakukan karena tubuh punya batasannya sendiri. Faktanya, beberapa kehidupan telah dirusak oleh makanan yang tidak sehat. Ia juga menjelaskan, sebenarnya ada batas aman atau angka ideal untuk menurunkan berat badan yaitu sekitar 0,5-1kg per minggu.
Semoga semua informasi di atas dapat membuka mata masyarakat bahwa segala sesuatu memiliki batasan aman yang harus dipatuhi, baik itu batasan terkait asupan gula dan karbohidrat, batasan terkait penggunaan wadah makanan yang aman, batasan terkait tubuh manusia. Saat mengikuti diet.
Jadi, jangan abaikan batasan tersebut dan berubah menjadi cerita horor yang tidak diinginkan, ya.