YOGYAKARTA – Bukit Menoreh yang terletak di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mempunyai daya tarik yang indah. Pegunungan yang berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ini menawarkan pemandangan spektakuler daratan di atas awan.
Salah satu yang bisa dinikmati di kawasan ini adalah Puncak Widosari yang terletak di Desa Ngargosari, Kecamatan Samigaluh. Dari ketinggian 900 meter di atas permukaan laut (MDPL), kita bisa menyaksikan pemandangan yang menakjubkan.
Untuk mencapai Puncak Widosari kita harus menaiki lebih dari 216 anak tangga. Perjalanan menuju Puncak Widosari terasa ringan karena dikelilingi lingkungan alam yang dingin. Rasa lelah menaiki tangga terbayar lunas saat berada di Puncak Widosari. Di sini kita melihat penglihatan yang sangat aneh. Udara pun terasa sangat dingin dari puncak ini.
“Kelelahan menaiki ratusan anak tangga terbayar lunas. Pemandangan dari Puncak Widosari sungguh indah,” kata Lala, salah satu tamu.
Saat saya berada di Puncak Widosari, setiap pengunjung terlihat berfoto selfie dan diabadikan dalam gambar. Pemandangan yang tidak biasa ini sayang untuk dilewatkan.
“Harus difoto. Kapan lagi bisa menikmati lingkungan seperti ini,” ucapnya.
Tak jauh dari Puncak Widosari juga terdapat perkebunan teh milik Mbah Pur. Kebun teh seluas 1 hektar ini penuh dengan pohon teh yang siap dipetik. Mbah Pur mengatakan, pemetikan daun teh biasanya dilakukan seminggu sekali.
“Setiap minggunya dipilih. Biasanya Senin-Kamis,” ujarnya.
Di sini pengunjung bisa ikut memetik daun teh dengan dipandu langsung oleh Mbah Pur. Kebaikan Mbah Pur dalam belajar memetik daun teh menjadi daya tarik tersendiri. Usai memetik daun teh, Mbah Pur pun mengajarinya cara membakar daun teh hingga bisa dimakan.
Memanggang daun teh membutuhkan waktu setidaknya enam jam. Setelah benar-benar kering, daun teh dapat diseduh dan akan mengeluarkan aroma dan rasa yang nikmat.
Usai memetik daun teh, kita juga bisa menikmati masakan rumahan di Sawah Aking yang terletak di kawasan Pengasih. Musik gamelan mengiringi para tamu yang menyantap makanan lezat tersebut.
“Betul sekali, makan di tengah sawah diiringi musik gamelan. Rasanya lebih nikmat, kita bisa menyantap makanan sambil menikmati pemandangan dan musik gamelan,” kata Kikie, salah satu wisatawan.
Keindahan alam Kulon Progo memang tiada duanya. Bagi wisatawan yang masih ingin melihat kawasan perbukitan, bisa menikmatinya dari MORAZEN Yogyakarta yang lokasinya dekat Bandara Internasional Yogyakarta. Sebelumnya hotel ini bernama Grand Dafam Signature International Airport Yogyakarta, namun berganti nama pada April 2024.
“Pergantian nama ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat identitas hotel dan standar pelayanan,” kata General Manager MORAZEN Yogyakarta, Hengky Tambayong.
Selain lokasinya yang sangat strategis yaitu di depan Bandara Internasional Yogyakarta, hotel ini juga menyuguhkan pemandangan alam sehingga menambah rasa tenang bagi para tamu yang ingin beristirahat dan bersantai. Di pusat kesehatan ini juga terdapat spa dan pijat yang dapat memanjakan mata pengunjung dengan pemandangan indah Bukit Menoreh.
Manajer Komunikasi Pemasaran dan Humas Klaster MORAZEN Litania Utami menambahkan, rebranding di Yogyakarta juga mencakup pemutakhiran nama beberapa stasiun besar. Restoran utama kini dikenal dengan nama Palatier Restaurant dengan konsep all day dining, dan bar serta lounge di lantai paling atas diberi nama Laviere Bar and Lounge.
“Rebranding ini menyusul keberhasilan rebranding di Surabaya, dimana MORAZEN Surabaya mendapat feedback positif dari para tamu dan peningkatan standar pelayanan. MORAZEN Yogyakarta juga akan beroperasi sebagai hotel bintang 4 yang mandiri sesuai dengan best practice operator hotel berkelas internasional,” dia berkata.