Menilik Sejarah Air Zamzam, Sucinya Nilai Luhur Sumber Kehidupan

VIVA Lifestyle – Berziarah ke Tanah Suci, ada satu hal yang tidak boleh lupa Anda bawa saat selesai menunaikan ibadah haji dan berniat meninggalkan Arab Saudi. Ya, membawa air Zamzam sepertinya menjadi hal yang sangat penting saat pulang dari Tanah Suci.

Sebagai salah satu ikon Tanah Suci Mekkah, keinginan untuk menghadirkan air Zamzam sebagai oleh-oleh dari Arab Saudi kerap dijadikan berkah dan ditunggu-tunggu oleh sahabat Indonesia.

Seperti diketahui, air Zamzam berasal dari mata air suci di sekitar Ka’bah dan telah mengalir selama berabad-abad. Yuk lanjutkan membaca artikel selengkapnya di bawah ini.

Selain itu, air Zamzam juga memberikan manfaat bagi seluruh warga dan jamaah haji di dua kota suci Mekkah dan Madinah. Lalu bagaimana sejarah air Zamzam?

Sejarah air Zamzam diawali dari kisah Nabi Ibrahim, istrinya Siti Hajar dan putranya Ismail. Ibrahim atas perintah Allah SWT meninggalkan istri dan anak-anaknya di sebuah lembah gurun pasir yang tandus dan tidak berpenghuni.

Lama setelah Nabi Ibrahim pergi, bayi Ismail menangis kehausan. Siti Hajar panik mencari air.

Dengan sisa tenaganya, ia berlari diantara dua bukit Shafa dan Marwa untuk mencari sumber air dan pertolongan. Siti Hajar berjalan tujuh kali antara Shafa dan Marwa berharap pertolongan dan mencari tanda-tanda kehidupan, namun sia-sia.

Siti Hajar terjatuh, tubuhnya lemas. Dalam situasi ini, dia memandang Ismail sambil berdoa memohon pertolongan kepada Allah. Sebuah mata air langsung muncul dari kaki Ismail.

Keduanya bisa minum, dan di sana mereka mendirikan tenda. Mata air yang mengalir di kaki Ismail dikenal dengan nama air Zamzam. Sumur Zamzam masih mengalir hingga saat ini.

Dahulu, sumur Zamzam menghilang di Tanah Air. Saat itu, Abdul Muthalib, pemimpin Bani Hasyim yang merupakan kakek Nabi Muhammad SAW, ditemukan kembali.

Bani Hasyim adalah klan penting suku Quraisy di Mekah. Abdul Muthalib bermimpi dan diminta menggali lokasi persis sumur Zamzam pada masa Ibrahim. Dia membuat sumur untuk mengeluarkan banyak air.

Karena keutamaan ini, masyarakat Makkah memilih Bani Hasyim sebagai penjaga Zamzam yang sebenarnya. Seiring berjalannya waktu, sistem sumur Zamzam telah mengalami banyak perubahan.

Selain itu, sumur Zamzam yang berada di tengah Masjidil Haram, Ka’bah, menjadi kewenangan Kerajaan Arab Saudi, sebagai khadimul haramain. Pada tahun 1373 H/1953 , Penampungan air Zamzam yang semula menggunakan ember digantikan dengan penggunaan pompa air.

Pompa ini mendistribusikan air dari sumur sedalam 18 meter ke tangki air, serta pompa di sekitar sumur Zamzam.

Sepuluh tahun kemudian, Raja Arab Saudi, Khalid bin Abdul Aziz Al Sa’ud, membangun terowongan di bawah Sumur Zamzam untuk memperluas kawasan Tawaf. Sumber air Zamzam dipindahkan ke basement dengan menggunakan kran air.

Saat ini, terowongan bawah tanah untuk menampung air Zamzam juga ditutup untuk memberi jalan bagi jamaah haji dan umrah yang hendak melakukan Tawaf, Salat, atau Ibadat.

Namun lokasi sumur tidak berubah, justru berada di jalur Tawaf, sekitar 20 meter dari pintu masuk Ka’bah.

Pada tahun 1415 H/1994, pemerintah Arab Saudi membentuk badan khusus yang menangani air Zamzam dan mendistribusikannya kepada jamaah haji dan umrah.

Lembaga ini tetap menjadi badan wakaf atau nirlaba yang didirikan oleh Raja Abdullah bin Abdul Aziz pada tahun 1431 H/2010. Pusat perbelanjaan wakaf yang dikenal dengan nama Suqya Zamzam ini terletak di Kudai, 4 kilometer dari Masjidil Haram.

Dari tempat ini, air Zamzam dari Masjidil Haram dipengaruhi oleh mesin kompleks dan pipa berbahan stainless steel berkapasitas 200 ribu liter/hari.

Air dibersihkan dan disimpan di instalasi penjernihan air berkapasitas 15.000 m3. Badai berfungsi menyaring dan membersihkan air dari pasir atau partikel lain yang terserap dari sumur pertama, sehingga dapat dimanfaatkan.

Selain itu, air Zamzam di pabrik ini juga dikemas dalam botol berukuran 5 liter dan dibagikan sebagai oleh-oleh kepada jamaah haji atau umroh. Harga per galonnya sangat murah, sekitar 3,25 rial atau Rp 12.500.

Air Zamzam kemasan legal ini juga dijual di bandara Jeddah dan Madinah dengan harga 7,5 Riyal atau sekitar Rp 30 ribu. Lebih mahal dari harga yang dijual di Suqya Zamzam.

Jualan air zamzam merupakan bisnis suqya zamzam yang fokus tidak berorientasi pada keuntungan.

Meski investasi pada Pabrik Air Zamzam sangat mahal, namun Pemerintah Arab Saudi memastikan setiap keuntungan yang diperoleh merupakan aset wakaf untuk fakir miskin, anak yatim dan penyebaran Islam untuk pengembangan tempat ibadah.

Jumlah pegawai Suqya Zamzam sebanyak 200 orang dan digaji oleh Pemerintah. Tujuan didirikannya Suqya Zamzam, lanjut Bukhori, adalah untuk memberikan pelayanan kepada jamaah haji, umroh, dan jamaah masyarakat umum.

Selain itu, untuk mencegah adanya praktik peredaran air Zamzam palsu dan tingginya harga akibat praktik joki atau penjual.

Sebelum berdirinya perusahaan, pasokan air Zamzam sangat tidak terorganisir. Masih banyak bentuk perjudian yang menarik harga tinggi.

Selain itu, ada juga laporan bahwa air Zam Zam yang disuplai adalah palsu atau oplosan.

“Selalu murni (air Zamzam yang dimurnikan), tidak ada campuran,” kata Ahmad Bukhori, pemandu Suqya Zamzam Company di Makkah, dan bisa dinikmati oleh pengunjung Masjidil Haram dan warga Makkah.

Laporan Hajj Media Center Group / VIVA.co.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *