TUAL – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Terengono melakukan kunjungan kerja ke Tual, Maluku hari ini. Sejumlah jajaran TNI, Brigjen Danrim 151/Pinaya Antoninho Rangel da Silva, serta sejumlah pejabat daerah setempat menyambut baik kedatangan Menteri Kelautan dan Perikanan di Maluku.
Menteri KKP Sakti Wahyu Terengono tiba di Tual untuk meluncurkan program pemodelan perikanan terukur (PIT) pertama di Indonesia. Pengembangan pemodelan ini akan dilakukan di dua wilayah Wilayah Perikanan 3, salah satunya Kota Tual dan wilayah Maluku Tenggara. Peresmian ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian kerjasama komersial hulu dan hilir perikanan dan pengukuran hasil tangkapan dengan PT Samudera Indo Sejahtera (SIS) dan kelompok nelayan di kota Toal.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2023 tentang Penangkapan Ikan Terukur (PIT) menjelaskan bahwa penangkapan ikan terukur merupakan penangkapan ikan yang diatur dan proporsional. Penangkapan ikan yang terukur harus dilakukan di wilayah penangkapan ikan yang diukur berdasarkan kuota penangkapan ikan untuk melestarikan sumber daya ikan dan lingkungan serta mencapai kesetaraan dalam pertumbuhan ekonomi negara.
“Sampai saat ini, kami belum bisa dan belum berhasil mengekspor produk perikanan kami ke Eropa. Salah satu informasi yang saya dapatkan mengapa hal ini terjadi adalah cara penangkapan ikan Anda masih barbar,” kata menteri Partai Komunis China itu. Wahyu Sakti Trenggono pada peluncuran model PIT di Tual, Maluku Tenggara, Senin 3 Juni 2024
“Jadi, salah satu jawabannya, tangkapan yang terukur adalah untuk memberikan keyakinan kepada pasar global bahwa ikan tersebut ditangkap dengan cara yang lebih manusiawi dan lebih baik. Ikan tersebut dapat diketahui dengan lebih baik, dari mana (ikan) tersebut berasal, jenisnya apa ,” tambahnya. “Peralatan, jenis tangkapan apa, dan banyak lagi.”
Tual merupakan salah satu titik pengembangan pemodelan kuantitatif tangkapan (PIT) di kawasan timur Indonesia, sehingga PT. Samudera Indo Sejahtera (SIS) telah memenuhi syarat untuk melakukan perburuan terukur secara profesional, efisien, sukses dan modern. Oleh karena itu, model PIT kami harapkan dapat meningkatkan produktivitas di daerah, sehingga program ini dapat menjadi katalisator untuk mendongkrak perekonomian Indonesia khususnya di wilayah Toala, lanjut Trengjono.
Selain itu, Mantan Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia (Wamenhan RI) ini juga mengatakan, model PIT ini dapat meningkatkan pendapatan perekonomian daerah melalui sentralisasi produktivitas karena penangkapan ikan dan pengolahan hasil tangkapan akan dilakukan langsung di Provinsi Tual dan Maluku Tenggara.
“Nelayan atau pelaku industri di Pantora sering bertanya kepada saya: ‘Pak, ikan di Jawa butuh apa?’ Ya, kirim saja, dia beli dari Tual dan dikirim ke Jawa. Itu jauh lebih hemat daripada menahan a kirim dari Jawa,” kata Trenjono. Sini bawa pulang.” “Lagi-lagi biayanya naik dua kali lipat, jadi tidak efisien.”
Sementara itu, aku menelan ludah. Direktur Jenderal Perikanan (DJPT) KKP TB Haeru Rahay mengatakan, dalam proses penerapan model PIT di Wilayah 3, total 187 kapal yang sebelumnya melakukan penimbunan ikan di Wilayah 6 Jakarta kini telah dikerahkan untuk menangkap dan menimbun ikan. di Kepulauan Tual dan Aru. Diperkirakan kesepakatan itu bisa menghasilkan Rp 48,4 miliar.
“Hasil produksi ikan dari 187 kapal ini diperkirakan sekitar 4.578 ton per bulan, dengan nilai transaksi sekitar Rp 48,4 miliar dalam satu bulan. Nilai tersebut masih sangat kecil, namun mari kita selalu memotivasi teman-teman untuk membakukan semuanya,” kata Hiro Rahai.
Hero mengatakan, kunci utama kelancaran proses transformasi tidak lain adalah sinergi antar pemangku kepentingan. Oleh karena itu, dilakukan serangkaian pertemuan untuk menginisiasi pemodelan PIT di Provinsi Maluku hingga lahirlah kerjasama bisnis dari hulu hingga hilir perikanan.
Berdasarkan hal tersebut di atas, Menteri Perikanan dan Kelautan menghimbau seluruh pihak dan instansi terkait baik pusat, provinsi, dan wilayah untuk memberikan dukungan penuh kepada PT Samudera Indo Sejahtera (SIS) dan PT Industri Perikanan Arafura (IPA) serta beberapa koperasi nelayan yang salah satu Strateginya adalah mengarahkan penjualan ikan dan konsentrasi di pelabuhan PT. Samudera Indo Sejahtera (SIS) serta pada PT. Diharapkan Industri Perikanan Arafura (IPA) dapat meningkatkan perekonomian masyarakat lokal dan nasional melalui ekspor ikan secara massal langsung ke luar negeri, dan pada saat yang sama, Tual dapat dijadikan sebagai tempat penangkapan ikan nasional di Indonesia/LINI dalam perspektif ketahanan pangan dari sektor perikanan.
Sementara itu, Brigjen Danrim 151/Pinaya Antonioño Rangel da Silva yang turut hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan, pihaknya siap mendukung program pemerintah dengan memberikan bantuan kepada nelayan di wilayah kerja Corim 151/Pinaya khususnya kota Toal. .
Danrim Binaya meyakini program Penangkapan Ikan Terukur (PIT) yang dicanangkan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak hanya dapat meningkatkan nilai ekspor ikan dari Laut Maluku, namun juga dapat meningkatkan kesejahteraan para nelayan. . Di wilayah Maluku.
“Tentunya kami siap mendukung program pemerintah yang bertujuan menjadikan Maluku sebagai reservoir ikan nusantara, dan dengan model penangkapan ikan yang terukur ini, tingkat kesejahteraan nelayan di wilayah Maluku juga dapat meningkat,” Brigjen TNI Angkatan Darat. kata Antoninho. Rangel da Silva.
Tak hanya itu, kedatangan Menteri Kelautan dan Perikanan di Tual juga disambut hangat oleh Pj Gubernur Maluku Sadali yang turut hadir dalam peluncuran model PIT tersebut.
Pj Gubernur Maluku Sadali mengatakan: “Atas nama Pemerintah Provinsi Maluku dan Forkopemda Provinsi, saya berjanji akan mendukung penuh model PIT dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi Provinsi Maluku dan seluruh Indonesia di masa depan.”