Menyuiap Lahan Tidur Jadi Kebun Sayur Subur

VIVA – Pertanian perkotaan atau urban farming adalah pertanian dan peternakan yang berlangsung di lingkungan perkotaan. Hal ini merupakan respon kreatif terhadap tantangan yang dihadapi kota-kota saat ini, khususnya populasi yang terus meningkat, terbatasnya akses terhadap lahan pertanian, dan kebutuhan akan pasokan pangan yang berkelanjutan.

Salah satu manfaat utama pertanian perkotaan adalah meningkatkan ketersediaan pangan segar dan berkualitas bagi penduduk kota. Dengan menanam sayuran, buah-buahan dan rempah-rempah di kota, masyarakat dapat memenuhi sebagian kecil kebutuhan pangannya.

Hal ini mengurangi ketergantungan pada pasokan makanan luar kota dan mengurangi dampak lingkungan dari transportasi jarak jauh.

Pertanian perkotaan juga mendukung kelestarian lingkungan dalam beberapa cara. Pertama, mengurangi konsumsi energi yang diperlukan untuk mengangkut produk pertanian dari daerah pedesaan ke kota. Kedua, pertanian perkotaan memungkinkan daur ulang sampah organik melalui pengomposan, sehingga mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke tempat pembuangan sampah.

Selain itu, pertanian perkotaan juga dapat menciptakan lanskap perkotaan yang hijau, meningkatkan kualitas udara, dan meningkatkan kualitas tanah yang dapat tercemar.

Pertanian perkotaan juga berpotensi menciptakan peluang ekonomi bagi masyarakat perkotaan. Petani perkotaan dapat menjual hasil panennya ke pasar lokal, restoran, atau melalui program berlangganan makanan. Hal ini dapat menjadi sumber pendapatan tambahan yang penting bagi warga dan keluarga, terutama di lingkungan tertinggal.

Namun pertanian perkotaan juga menghadapi beberapa tantangan. Keterbatasan lahan yang tersedia di perkotaan menjadi salah satu kendala utama. Selain itu, permasalahan terkait kualitas tanah dan keamanan air juga harus diatasi. Melindungi tanaman dari polusi dan hama tanaman perkotaan merupakan faktor kunci keberhasilan taman kota di Bandung Utara.

Inisiatif yang mengesankan, Seni Tani adalah wirausaha sosial pertanian perkotaan yang muncul sebagai respons kreatif terhadap situasi sulit yang dihadapi banyak generasi muda selama pandemi COVID-19. Didirikan oleh dua pemuda berusia 28 tahun, Vania Febriantie dan Galih, Seni Tani berdiri kokoh di Kelurahan Sukamiskin, Kecamatan Arkamanik, Kota Bandung Utara.

Sejak November 2020, mereka telah mengubah lahan kosong seluas 680 m2 menjadi kebun sayur yang subur. Seni tani menanam lebih dari 150 kilogram sayuran segar dan bergizi tahun lalu.

Yang lebih menarik lagi adalah keunikan cara penyalurannya melalui Kelompok Tani Sauyunan yang memiliki sistem CSA yaitu Community Supported Agriculture. Jadi, anggota kelompok yang berjumlah 24 orang ini membayar di awal bulan sebelum menanam bibit sayuran. Dengan demikian, petani perkotaan terjamin pendapatannya dengan melakukan pembayaran di muka sebelum panen.

Lahan yang digunakan Seni Tani saat ini terbagi menjadi dua bagian dengan fungsi berbeda. Separuh dari lahan tersebut dijadikan kebun komunal bagi 97 anggota yang aktif memelihara kebun tersebut. Selain itu, separuh lainnya dijalankan oleh dua pemuda lokal yang mempunyai penghasilan tetap sebagai petani perkotaan.

Inisiatif luar biasa ini merupakan respons terhadap melemahnya situasi ekonomi akibat pandemi Covid-19. Vaniya dan Galih ingin menciptakan lapangan kerja dan memperkuat ketahanan pangan masyarakat. Melalui kecerdasannya, mereka memanfaatkan lahan kosong milik Pemerintah Kota Bandung yang sebelumnya tidak terpakai.

Mereka membuktikan bahwa Anda tidak membutuhkan lahan yang luas untuk mulai berkebun. Bahkan dengan lahan berukuran 1×1 meter, siapa pun bisa membuat taman dapur sendiri. Tani Art adalah contoh cemerlang tentang bagaimana kreativitas, kerja keras, dan inisiatif pemuda dapat mengubah lahan kosong perkotaan menjadi taman produktif yang bermanfaat bagi masyarakat, memperkuat perekonomian lokal, dan mendukung ketahanan pangan di saat krisis.

Vaniya Febriantie dan beberapa individu inspiratif lainnya telah memenangkan SATU Indonesia Awards 2021 atas karya inspiratif mereka sebagai petani uang muka perkotaan.

Baca artikel edukasi menarik lainnya di link ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *