Menyusuri Sejarah Masjid Al Jum’ah, Tempat Nabi Muhammad SAW Shalat Jumat Pertama Kali

Viva Travel – Mengunjungi Masjid Al Juma menjadi salah satu tempat yang akan Anda pilih saat berada di Madinah, Arab Saudi. Menemukan perjalanan ke tempat bersejarah yang bernilai religi ini akan menjadi pengalaman yang mengasyikkan,

Sejarah utama keberadaan masjid ini adalah sebagai tempat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat melaksanakan salat Jum’at pertama setelah 4 hari dari Madinah pada masa Hijrah dari Makkah ke Madinah.

Terletak di dekat Wadi Ranuna, 900 meter di utara Masjid Quba dan 6 km di selatan Al-Masjid an-Nabawi, situs bersejarah ini memiliki kubah selebar 14 meter yang dipasang di atap masjid.

Sekitar 44 meter, hiasan kaligrafinya tertulis kata Basmala diikuti huruf Jumu’ah sebanyak 11 ayat. Lanjutkan menelusuri seluruh artikel di bawah ini.

Masjid Al Jumu’ah dikenal sebagai tempat Nabi Muhammad SAW melaksanakan salat Jumat pertamanya 4 hari setelah kedatangannya di Madinah.

Dari Makkah ke Madinah Pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal Hijriah tahun 1, Muhammad dan kaum Muhajirin tinggal di Quba selama empat hari.

Pada hari Jumat pagi, mereka singgah di kawasan Wadi Ranuna dan melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Di tempat itu, saat itu hari Jumat, waktu Uchapuja.

Rasulullah SAW kemudian shalat dua rakaat sebelum dua khotbah. Inilah salat Jumat berjamaah yang pertama kali dilakukan Rasulullah SAW. Daerah ini sekarang disebut Jumu’ah.

Awalnya masjid ini dibangun dari batu, kemudian dibongkar dan dibangun kembali beberapa kali.

Sebelum direnovasi, gereja ini memiliki kubah bata merah dengan panjang 8 meter (26 kaki), lebar 4,5 meter, dan tinggi 5,5 meter. Di sisi timur terdapat halaman dengan panjang 8 meter (26 kaki) dan lebar 6 meter (20 kaki).

Untuk renovasi tahun 1988, Kementerian Wakaf pemerintah Saudi yang dipimpin oleh Raja Fahd bin Abdulaziz membongkar bagian lama dan membangun bagian baru yang mencakup tempat tinggal imam dan muazin. Perpustakaan, Madrasah Tahfiz Al-Qur’an, Mushola Wanita, Kamar Mandi.

Pada tahun 1991, masjid dibuka kembali untuk umum dengan 650 jamaah, satu kubah yang sangat besar dan empat area yang lebih kecil. Sebelum renovasi, gereja hanya memiliki 70 jamaah.

Itu didesain ulang beberapa kali sebelum mencapai bentuknya yang sekarang. Renovasi kedua dilakukan oleh Khalifah Bani Umayyah Umar II (Umar bin Abdul Aziz).

Reformasi ketiga dilakukan pada masa Kekhalifahan Abbasiyah antara tahun 734 hingga 748. Renovasi keempat dilakukan oleh Shyamsuddin Khawan pada abad ke-14.

Direnovasi pada masa pemerintahan Ottoman yang dipimpin oleh Sultan Bayazid. Reformasi dipimpin oleh Sayyid Hasan ash-Sharbatli pada pertengahan abad ke-19.

Laporan Kelompok Haji Media Center 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *