JAKARTA, Titik Kumpul – Ikatan polimer polikarbonat (PC) yang sangat tahan lama dalam bahan polikarbonat tahan lama atau bahan galon yang dapat digunakan kembali membuat wadah ini sangat kaku dan fleksibel. Oleh karena itu, meskipun terjadi migrasi bisphenol A (BPA) yang merupakan monomer penyusun polimer polikarbonat, jumlahnya sangat kecil.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Peneliti Ahli Pusat Penelitian Teknologi Polimer (PRTP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dipl. Kim, baru-baru ini. Gulir untuk informasi lebih lanjut!
Ikatan polimer polikarbonat yang menyusun bahan polikarbonat halon yang kuat memastikan kekuatan wadah tetap lebih baik dibandingkan wadah plastik lainnya, kata Ciujada dalam keterangannya, Senin, 11 November 2024.
Terkait kekhawatiran masyarakat terhadap kemungkinan migrasi BPA dari wadah polikarbonat ke produk air minum, menurutnya hal tersebut sangat kecil kemungkinannya.
“Kalaupun terjadi, proses migrasi BPA tidak terjadi dalam jumlah besar atau hidrolisis hanya terjadi dalam jumlah kecil.”
Menurutnya, ikatan polimer polikarbonat pada polikarbonat halon sangat kuat dan sulit dirusak.
“Jadi jangan dikira ikatan polimernya bisa rusak jika digores sedikit saja, sehingga akan melepaskan BPA. Kalau halonnya tidak putus, berarti ikatan polimernya putus,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa halo polikarbonat yang tahan lama sangat tahan terhadap suhu tinggi. Suhu transisi gelas (Tg) atau titik lelehnya mencapai 150 derajat Celcius. Artinya, galon polikarbonat tahan lama ini hanya akan menyusut jika dipanaskan. Ini menolak pencucian panas.
“Halo polikarbonat yang kuat mampu menahan suhu hingga 230 derajat Celcius dan suhu serendah minus 40 derajat,” ujarnya.
Jadi, kata dia, jika dijemur saja, galon polikarbonat ini masih kuat dan tidak mengalami migrasi BPA.
Begitu pula jika ada urat, apalagi di permukaan saja, kata dia, BPA tidak akan berpindah ke produk air.
“Tapi kalau menembus dalam 0,1 milimeter, bisa bermigrasi, itupun tidak dihitung. Tapi kalau hanya tergores, migrasi BPA tidak akan terjadi,” ujarnya.
Ia juga menunjukkan bahwa polikarbonat halon yang tahan lama tidak hanya memiliki sifat tahan panas karena bahannya keras dan keras, tetapi juga transparan dan mudah dibentuk. Oleh karena itu, lanjutnya, galon polikarbonat berkelanjutan biasa digunakan untuk air minum dalam kemasan (AMDK).
Ia mengatakan, plastik berbahan PC sudah lama digunakan sebagai kemasan galon AMDK di banyak negara seperti Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, dan China. Hal ini karena PC-halon sangat populer karena ketahanannya terhadap perubahan suhu dan kekuatan struktur yang sangat baik. Komputer ini menjadikan galon kuat ideal untuk didistribusikan di Indonesia dengan kondisi geografis yang sulit.
“Karena mengurangi risiko kerusakan saat pengiriman, meningkatkan efisiensi distribusi dan memastikan air minum aman dan layak diminum hingga sampai ke konsumen.”
Selain itu, katanya, satu galon PC yang kuat dapat digunakan berkali-kali, menghemat energi dan sumber daya, serta membantu mengurangi emisi karbon. Riset Lembaga Pengkajian Ekonomi Masyarakat (LPEM) FEB UI menyebutkan konsumen memilih galon yang dapat digunakan kembali untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan.
Tanpa komputer canggih atau galon yang dapat digunakan kembali, 7 dari 10 konsumen akan beralih ke kemasan sekali pakai, yang dapat meningkatkan limbah kemasan sebesar 770.000 ton per tahun dan emisi plastik sebesar 1.655.500 ton per tahun
Terkait keamanan kesehatan, Siojada menekankan bahwa otoritas yang berwenang seperti FDA AS, Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA) dan badan POM telah mengakui kemasan PC aman untuk kontak langsung dengan makanan dan minuman.
“Dengan demikian, galon PC aman digunakan sebagai kemasan AMDK jika kemasannya memenuhi standar mutu saat ini dan telah melalui proses quality control (QC), pencucian, dan sterilisasi secara menyeluruh,” tutupnya.