VIWA – Media sosial baru-baru ini dihebohkan dengan meninggalnya seorang bocah lelaki berusia tiga bulan di Sukabumi usai mendapat suntikan di sebuah puskesmas. Kabar tersebut muncul setelah video pendek bayi berusia satu bulan yang tertidur koma dan dirawat di beberapa rumah sakit menjadi viral.
Terlihat dalam video yang diposting akun Instagram @jurnalisonlinesukabumi, bayi berusia tiga bulan itu tampak sulit tidur hingga membutuhkan bantuan mesin pernapasan dan tenaga medis di rumah sakit.
Diketahui, anak berusia tiga bulan ini meninggal setelah mendapat empat jenis vaksin.
Berdasarkan informasi yang masuk, kejadian tersebut terjadi di Bantar Panjang RT 04/07, Desa Sukakarya, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi. Lantas bagaimana seorang anak bisa menerima empat jenis vaksin sekaligus? Berikut kronologi selengkapnya.
Rangkaian Acara Bayi Sukabumi
Meninggalnya seorang bocah lelaki berusia 3 bulan menghebohkan publik dan netizen. Bagaimana caranya agar seorang anak dapat menerima empat jenis vaksin sekaligus?
Timeline Seorang anak berinisial MKA meninggal dunia pada usia 2 bulan 28 hari di Sukabumi, Jawa Barat. Anak pasangan suami istri Isan Noor Arifin (27) dan Dira Wulandari (27) dinyatakan meninggal dunia usai disuntik empat jenis vaksin antigen pada Selasa, 11 Juni 2024.
Kali ini orang tua membawa MCA ke Puskesmas untuk mendapatkan vaksinasi sesuai jadwal yang telah ditentukan oleh salah satu bidan. Namun setelah mendapat vaksin, bayi tersebut meninggal beberapa waktu kemudian.
Ibu korban mengatakan, rangkaian kejadiannya sebagai berikut: Saat membawa anak tersebut ke Puskesmas Sukakarya, anaknya baik-baik saja. Hal ini berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dan suhu pertama yang dilakukan bidan yang menyatakan bayi dalam keadaan normal.
“Saya jelaskan, anak ini dari satu bulan lahirnya tanpa vaksinasi, setelah lahir dia tidak divaksin. Jadi, kata bidan, ini 2 vaksin BCG dan DPT, lalu 2 yang berbeda diteteskan ke mulut,” jelas Dira. dikutip Titik Kumpul .co. ID dari akun Instagram di atas.
Sebelum vaksinasi, bidan Puskesmas Sukakarya berinisial N tidak memberikan izin terlebih dahulu untuk melakukan dua vaksinasi BCG dan DPT sekaligus.
“Saat dicek suhu tubuhnya untuk memastikan normal, vaksinasi dilanjutkan, namun vaksin diberikan oleh orang lain. Bidan N hanya menyuruh orang tersebut untuk mendapatkan vaksinasi BCG dan DTP berupa dua obat,” kata dia ibu anak itu. MKA lebih lanjut.
Setelah selesai, Daera dan anaknya akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah dan selamat. Namun tak lama kemudian, tepat pukul 11.00 WIB, sang ibu memberikan sirup parasetamol MCA kepada bayinya atas rekomendasi bidan di klinik tersebut.
Beberapa waktu kemudian, tepat pukul 14.00 VIB, anak perempuan berusia 22 tahun ini mulai menangis. Namun, jeritan korban segera mereda dan semakin pelan.
Bahkan saat diberikan ASI, anak menolak. Melihat kondisi bayinya seperti itu, Dira langsung panik dan menghubungi bidan yang bersangkutan agar dokter segera datang ke rumahnya.
Tak lama kemudian, bidan dan dokter akhirnya tiba di rumah Deera. Setelah dilakukan pemeriksaan ulang, suhu tubuh korban diketahui normal, korban diberikan vaksinasi rabies dan dibawa ke Assiif RSI.
Menurut Dira, selama perjalanan ke RS, mulut bayi MKA memerah dan kakinya membeku.
“Saat kami dalam perjalanan itu, mulut bayi berwarna ungu, kakinya dingin,” jelasnya.
Terakhir, bayi berusia tiga bulan itu langsung dinyatakan meninggal setelah upaya medis rumah sakit gagal menyelamatkannya, hanya beberapa jam setelah menerima empat jenis vaksin: BCG, DTP, polio, dan rotavirus.
Begitu sampai di unit gawat darurat RSI Assiif, petugas medis merawatnya, memeriksa dadanya dengan oksigen, tidak ada reaksi dan dinyatakan meninggal, ujarnya lagi.
Orang tua pergi ke pengadilan
Meninggalnya bayi Muhammad Kenzi Arifin menimbulkan duka mendalam bagi keluarga, terutama orang tuanya. Akibat kejadian ceroboh tersebut, orang tua yang bersangkutan memutuskan untuk mengambil tindakan hukum.
Keputusan tersebut diambil pihak keluarga setelah mendengar informasi dari Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Kota Sukabumi. Namun penjelasan Komnas KPII dinilai belum mampu menjawab permasalahan keluarga korban.
Tak hanya itu, pihak keluarga juga berencana mengajukan pengaduan ke polisi. Dan mereka siap menggali kuburan anak tersebut untuk tujuan penelitian. Orang tua korban berharap penyebab kematian anaknya bisa diketahui. Dia juga ingin polisi mengusut dugaan penganiayaan terhadap petugas kesehatan.
Perilaku pengguna internet
Video viral di media sosial ini langsung menimbulkan reaksi beragam di kalangan netizen.
“Tunggu…kenapa BCG 3 bulan? BCG untuk anak usia 0 hingga 1 tahun. Anak usia 3 bulan harus mendapat vaksin DPT dan PCV, vaksinasi polio dan rotavirus,” tulis seorang netizen.
“Hal yang paling saya sesali adalah beberapa puskesmas dan posyandu membiarkan cairan suntik pada suhu normal dan membawa sekotak air,” teriak yang lain.
“Setelah 1 bulan, anak saya baru mendapat vaksinasi BCG, bulan berikutnya DTP. Tidak sekaligus,” tulis yang lain.
“Itu bayinya tapi sakit sekali, apalagi hatinya…ibunya dan ayahnya,” sahut yang lain.
“Saya lupa, tapi intinya bayi tidak perlu divaksin setiap bulan.. Bayi saya alhamdulillah sehat, divaksin lengkap sampai umur dua tahun,” teriak yang lain.
“Saya putuskan untuk berhenti disuntik ketika saya berumur 7 bulan… Karena setelah disuntik saya terbakar selama 3 hari, tidak mau makan, menangis dan tahu itu hasil vaksinasi, tapi saya tidak tahan. mereka… semoga bayiku sehat, dan anak-anak kalian semua selamat dari segala hal buruk, amin,” kata yang lain.
Yang lain berseru: “Saya tidak bisa berhenti memikirkan mereka yang mengucapkan kata-kata itu.
“Alhamdulillah anak saya tidak divaksin BLAH BLAH BLAH BLAH BLAH,” bagaimana rasa syukur bisa disamakan dengan sakit hati orang lain,” teriak yang lain.
“Ya Tuhan anak saya yang kedua, saat divaksin usia 6 bulan, awalnya semuanya baik-baik saja, setelah vaksinasi semuanya normal, tidak ada suhu. Setelah 2 jam disuntik, tiba-tiba matanya mulai naik, tanpa demam, mulutnya mulai membiru, “Kakinya mulai pucat dan dingin, nafasnya menjadi pendek, ia segera dilarikan ke IGD dan diberi obat. untuk menahannya. Syukurlah dia tiba-tiba menangis,” seru yang lain.
“Bagaimana caranya mendapatkan vaksin BCG sekaligus menerimanya? Setahu saya tidak bisa sekaligus, jangan coba-coba meneliti vaksin karena kalau mau disuntik biasanya jaraknya terlalu berjauhan, tidak mungkin dilakukan semuanya sekaligus,” tulisnya. lain.