Pendidikan HIDUP – Nabi Sulaiman atau dikenal juga dengan nama Sulaiman atau Sulaiman adalah penguasa Israel yang menggantikan ayahnya, Raja Daud. Kesuksesannya saat ini dikenal dengan kebijaksanaan, kekuasaan, dan kekayaannya yang luar biasa.
Kekayaannya yang luar biasa menarik perhatian banyak orang, dengan spekulasi bahwa kekayaan Raja Sulaiman berada di tambang yang berisi harta berharga.
Para arkeolog mulai menggali untuk menemukannya. Beberapa waktu yang lalu, hasil penelitian mengungkapkan penemuan-penemuan yang diakui sebagai milik Hazrat Sulaiman (saw). Namun, tidak ada emas yang ditemukan. Lalu harta apa yang dicari oleh kekayaan Salomo?
Laporan Sejarah, Senin 5 Februari 2024 Pencarian kekayaan Salomo pertama kali dijelaskan oleh penulis H. Ryder Haggard dalam novel abad ke-19 berjudul King Solomon’s Mines.
Pada tahun 1930-an, seorang arkeolog Amerika, Nelson Gluck, mengumumkan penemuan sebuah tambang di Great Rift Valley, dekat perbatasan Israel dan Yordania. Namun banyak yang meragukan penemuan Gluck karena kurangnya bukti arkeologis yang mendukung.
Setelah pencarian berulang kali, peneliti menemukan lokasi penambangan Khirbat al-Nahhas di Yordania pada tahun 2008. Berdasarkan bukti arkeologi, tambang tersebut mulai beroperasi pada abad ke-10 SM, 300 tahun setelah perkiraan awal.
Tahun berikutnya, penggalian tambahan mengidentifikasi sebuah situs yang dikenal sebagai Situs 30 di Lembah Temna Israel.
Pada awal tahun 2020, arkeolog Universitas Tel Aviv Dr. Erez Ben-Yousef memimpin penggalian di sebuah situs bernama Bukit Budak di Lembah Temna. Ben Youssef sebelumnya terlibat dalam penemuan situs 30 saat belajar di Universitas California.
Hasil penggalian peneliti mengungkapkan, kekayaan Raja Sulaiman yang diyakini tidak terdiri dari perak, emas, atau berlian, melainkan berupa tembaga.
Penemuan kekayaan Solomon dimulai ketika Nelson Gluck menjelajahi tambang di Great Rift Valley dan menemukan pabrik peleburan tembaga tua. Gluck mengklaim bahwa sumber kekayaan Raja Salomo sebenarnya adalah tembaga.
Namun, penemuan Gluck dipertanyakan, dan muncul teori bahwa orang Mesir kuno, pada abad ke-13 SM, telah mengeksploitasi wilayah tersebut secara ekstensif. Teori ini diperkuat dengan ditemukannya kuil Mesir di kompleks tersebut pada tahun 1969.
Selama pencarian tahun 2008, para peneliti menemukan situs penambangan tembaga Khirbat en-Nihas di Yordania, bukti arkeologis yang berasal dari abad ke-10 SM.
Penggalian selanjutnya di Situs 30 mengungkapkan lokasi ladang peleburan tembaga yang diyakini ada bersamaan dengan tambang di Yordania.
Saat melakukan penggalian di Bukit Slews di Lembah Timna, Dr. Tim bin Yusuf menemukan lusinan tungku yang digunakan untuk peleburan tembaga, bersama dengan artefak pribadi seperti pakaian, tekstil, perkakas, tembikar, dan sisa makanan yang menunjukkan adanya pemukiman sebelumnya di situs tersebut.
Artefak dari Slaves Hill dibawa ke Universitas Oxford dan diperkirakan berasal dari abad ke-10 SM, memperkuat keyakinan bahwa situs tersebut bukan milik Mesir, melainkan milik Raja Salomo. Tembaga dikenal sebagai logam yang paling banyak dicari dan merupakan logam paling berharga secara ekonomi pada masa Nabi Sulaiman karena digunakan dalam berbagai bidang kehidupan pada masa itu.