Misteri Wajah Asli Patih Gajah Mada, Mirip Mohammad Yamin?

JAKARTA, VIVA – Gaja Mada (1280-1364) merupakan seorang penguasa berpengaruh pada masa Kerajaan Majapahit. Menurut kitab dan prasasti Jawa Kuno, puncak kariernya terjadi pada masa Sri Jayanagara setelah berhasil memukul mundur pemberontakan Ra Kuti.

Sri Jayanagara kemudian mendatangi Gaja Mada. Ia diangkat menjadi Mahapatih pada masa pemerintahan Ratu Trihuvanatungadevi dan berlanjut hingga masa pemerintahan Hayam Vuruk, ketika Majapahit mencapai puncak kejayaannya.

Selain itu Gaja Mada terkenal dengan Sumpah Palapa yang terekam di Paraton yang menjanjikan kedamaian dan kebahagiaan sebelum suksesnya penyatuan nusantara.

Setelah peristiwa Bubat pada tahun 1357, ia diasingkan ke desa Madakaripura di Probolingo, di mana ia meninggal pada tahun 1364.

Meski ia merupakan salah satu tokoh terpenting pada masanya, hanya sedikit catatan sejarah tentang dirinya. Hingga saat ini, gambaran wajah asli Gajah Mada masih menjadi bahan perbincangan.

Informasi Dihimpun VIVA Selasa 3 September 2024 Gambar Gajah Mada yang tersebar di buku-buku sejarah dan sekolah bukan sekadar gambar khayalan, melainkan berdasarkan suatu benda.

Gambar ikonik tersebut diciptakan oleh Mohamed Yamin, salah satu tokoh muda yang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia, sekaligus Menteri Penerangan di bawah Presiden Soekarno.

Muhammad Yameen disebut-sebut senang mencari informasi sejarah peninggalan Kerajaan Majapahit melalui beberapa buku.

Yamin mulai menggambarkan wajah Patih Gajah Mada saat berkunjung ke kawasan Trovulan Mojokerto, Jawa Timur sekitar tahun 1940-an. Daerah ini merupakan salah satu wilayah sisa kerajaan Majapahit.

Disana Yamin menemukan mangkok bergambar kepala laki-laki gemuk berambut keriting. Berdasarkan temuan tersebut, Yamin berpendapat bahwa orang gemuk adalah orang gemuk.

Yamin kemudian meminta Henk Nunjung, seorang seniman di Jakarta, untuk membuat lukisan wajah Gaja Mada berdasarkan visi Yamin sendiri.

Sesuai visi Yamin, Henk Nunjung melengkapi penggambaran Gajah Mada sebagai pria gemuk berwajah tegas dan alis tebal.

Setelah lukisan itu diterbitkan pada tahun 1945, langsung mendapat kritik dari beberapa pihak, termasuk para sejarawan. Banyak yang bilang kalau Yamin sebenarnya sedang memerankan wajahnya sendiri saat memerankan wajah Gaja Mada.

Meski menuai pro dan kontra, namun kini sosok Gajah Mada hasil imajinasi Mohammad Yameen masih banyak dikenal.

Gambar-gambar tersebut telah tersebar di buku sejarah sekolah bahkan didirikan sebagai monumen atau patung di beberapa daerah di Indonesia.

Namun, agar anak-anak tidak salah paham, sebaiknya buku pelajaran menjelaskan bahwa itu hanya gambar dan bukan wajah Patikh Gaja Mada.

Bahauden, Sejarawan Universitas Gajah Mada, mengatakan hal itu sebaiknya dilakukan agar anak-anak tidak melihat gambar tersebut sebagai gambaran Gajah Mada yang sebenarnya. Ia mengira gambaran khayalan tersebut menjadi praktik mental di masyarakat.

“Misalnya Ni Roro Kidul hanya mitos, tapi masyarakat pesisir selatan Jawa mempercayainya,” ujarnya kepada wartawan. Inilah yang disebut realitas spiritual, yang membuatnya melakukan ritual pelabuhan dan sebagainya.’ dahulu.

Selain Muhammad Yamin, Gaja Mada diperankan oleh Agus Aris Munandar, arkeolog Universitas Indonesia. Ia menggambarkan Gajah Mada yang tampak seperti Bima di jalan yang berkelok-kelok.

Karena hanya raja dan ratu yang diwujudkan dalam patung seperti patung Rajapadmi Triboana Tunga Devi atau patung Ken Dedes dan Gaja Mada, maka mereka bukanlah raja, pungkas Bahauddin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *