Jakarta – Belakangan ini ramai perbincangan di kalangan pengguna media sosial tentang program Class of Champions. Program yang diadaptasi dari game University War asal Korea Selatan ini mempertemukan mahasiswa terbaik dari universitas ternama di Indonesia.
Peserta akan menghadapi berbagai tantangan unik dan bersaing satu sama lain untuk meraih kemenangan. Banyak kontestan yang berhasil mencuri perhatian publik, mulai dari Sandy dari National University of Singapore, Maxwell dari Universitas Airlang, dan diakhiri dengan Shakira Amira dari Universitas Indonesia.
Kecerdikannya dalam menyelesaikan permasalahan di setiap tantangan menimbulkan kekaguman di kalangan pengguna media sosial. Saking cerdasnya hingga banyak perbincangan soal kecerdasannya di kalangan pengguna media sosial. Banyak kepercayaan di masyarakat yang berpendapat bahwa seorang anak bisa pintar karena faktor keturunan atau gen yang diwariskan.
Jadi apakah itu benar? Dokter anak dr. Disampaikan oleh Rhea Yonita, S.P.A. Dalam podcast terbarunya bersama Nikita Wiley, ia membantah semua anggapan bahwa kecerdasan anak diturunkan atau diwarisi dari orang tuanya.
“Itu mitos, jadi sangat bergantung pada anak mencapai kemampuan kognitif yang utuh atau tidak. 20 persennya genetik, tapi 80 persennya lingkungan,” jelasnya.
Rhea mengungkapkan, faktor lingkungan yang mempengaruhi 80 persen kecerdasan anak antara lain nutrisi, stimulasi, pola asuh yang penuh kasih sayang, dan masih banyak lagi.
“Jadi sebenarnya lingkungan, bukan genetika, yang pengaruhnya besar,” ujarnya.
Riya mengatakan, kecerdasan anak tidak hanya bergantung pada faktor genetik yang baik. Proses tumbuh kembang anak juga dipengaruhi oleh lingkungan, termasuk kebutuhan gizinya.
Bila berat badan anak tidak normal, perkembangan motoriknya lambat atau timbul masalah, belum terlambat untuk segera memeriksakan diri, karena proses tumbuh kembangnya tidak dapat terulang kembali.
“Jadi terkadang, terutama bagi ibu-ibu yang mempunyai bayi atau bayi di bawah 2 tahun, itu masih merupakan masa-masa yang sangat penting, benar-benar masa emas.” Misalnya kalau berat badan bayi bertambah, jangan sampai empat bulan, lima bulan, jangan bilang itu keturunan,” jelasnya.
Ia menambahkan: “Sebenarnya tumbuh kembang anak hanya 20 persen yang bersifat keturunan, sisanya lingkungan. Jadi perhatikan, jangan terburu-buru mengambil keputusan kalau-kalau ada yang tidak beres. Saya khawatir akibatnya akan berkepanjangan. Nanti. ,” mereka berkata.