Moeldoko Sebut Insentif Hybrid Hambat Mobil Listrik, Toyota Komentar Pedas

JAKARTA – Ketua Kabinet Kepresidenan Moeldoko menilai mobil hybrid akan mendapat insentif yang secara tidak langsung akan menghambat pertumbuhan mobil listrik yang didorong untuk mengurangi emisi karbon.

Teknologi hybrid memadukan mesin pembakaran dalam dengan motor listrik sebagai sumber penggerak roda, sehingga menurut Moeldoko patut didorong karena tetap menggunakan bahan bakar.

“Tidak bisa dengan mudah memberikan izin (insentif hybrid), maka mobil listrik tidak akan tumbuh dengan baik,” kata purnawirawan Panglima TNI itu beberapa hari lalu di JIExpo Kemayoran, Jakarta.

Namun pemerintah masih mempelajari kebijakan tersebut karena sudah banyak mobil hybrid di Indonesia, namun pihaknya belum mendapat persetujuan lebih lanjut dari Presiden Jokowi.

“Sudah siap-siap banget, kemarin kata Presiden tunggu dulu.” Hibrida juga harus dikaji lebih dalam, pada situasi tertentu terjadi pengurangan bensin, ujarnya.

Jika menilik posisinya sebagai Ketua Umum Persatuan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), Moeldoko menilai mobil hybrid tidak masuk kategori EV karena kurang bersih.

“Saya sebagai Presiden Periclindo tidak menghitung (hybrid), EV itu murni EV, jadi menurut saya hybrid itu tidak masuk kategori EV. Tapi sebagai Kepala Staf Presiden tunggu saja,” dia dikatakan.

Menanggapi pengumuman Moeldok, Toyota memberikan komentar keras mengingat merek asal Jepang tersebut paling banyak menawarkan kendaraan hybrid di Indonesia bahkan memproduksi secara lokal seperti Kijang Innova Zenix dan Yaris Cross.

Direktur Pemasaran PT Toyota Astra Motor Anton Jimi Suwandi menilai peran pemerintah sangat diperlukan untuk mempercepat penurunan emisi karbon dioksida, salah satunya dengan mendorong mobil hybrid menjadi lebih terjangkau.

“Dukungan pemangku kepentingan seperti insentif merupakan salah satu cara mempercepat transisi teknologi agar harga kendaraan lebih terjangkau,” kata Anton kepada Titik Kumpul Otomotif, Jumat, 10 Mei 2024.

Ia mengatakan jika harga bisa lebih terjangkau, seperti di Thailand, maka lebih banyak konsumen yang bisa berdonasi dan berkontribusi dalam pengurangan emisi atau konsumsi bahan bakar, karena mobil hybrid lebih irit.

“Kami juga yakin insentif untuk hybrid tidak akan berdampak pada model BEV (battery electric vehicle) karena setiap teknologi memiliki karakteristik konsumen yang berbeda-beda,” lanjut Anton. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *