Bogor – Perkumpulan atau komunitas penyandang disabilitas umumnya sering menjadi tujuan pengunjung dan penerima bantuan. Namun kali ini anak tuna rungu, autisme down syndrome Anak-anak penderita Cerebral Palsy dan Tuna Intelektual justru sebaliknya, Ar-Orphans dan Yayasan Duafa mengunjungi anak-anak yatim dan dhuafa untuk berbagi suka dan duka. Rahmah Ciomas Jl. Buncis, padasuka, Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor
Sungguh momen yang mengharukan ketika para orang tua penyandang disabilitas membawa anak-anaknya untuk mengucapkan terima kasih karena telah bertemu dengan anak yatim piatu. Rasa syukur berbanding terbalik yang dirasakan anak-anak yatim ketika bertemu dengan anak-anak dari komunitas difabel.
Kami belum silaturahmi, namun Penyandang Disabilitas Indonesia di Bogor (PPDI) dan Panitia Festival Merah Putih (FMP) menyambangi anak-anak panti asuhan dengan acara hiburan. Anak-anak penyandang disabilitas menari dan memainkan alat musik Angklung.
Presiden Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), Bogo. Hasan Basri mengatakan, perjalanan tersebut merupakan bentuk dukungan dan motivasi untuk membantu anak-anak yatim agar tidak terlalu sendirian. Sekalipun dalam kondisi disabilitasnya, anak-anak penyandang disabilitas dapat menafkahi orang lain dan mempunyai kemampuan serta bakat yang sama dengan orang lain. Sebuah contoh telah diberikan sebelumnya. Mereka menari dan menari. Paman bisa memainkan alat musik.
“Jadi bangun dulu rasa percaya diri, itu yang utama. Setelah percaya diri, dia bisa mengikuti keinginannya. Ibarat seminggu latihan menari, yang penting punya rasa percaya diri. Yang penting orang pun, penyandang disabilitas dan keterbatasannya, bisa berdonasi kepada anak-anak di panti asuhan ini,” kata Hasan.
Sementara itu, Arif selaku Wali Sekolah Ar-Rahmah dan Yayasan Duafa mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan dukungannya. Ini merupakan kunjungan pertama ke Asosiasi Penyandang Disabilitas. “Pelajaran yang dapat kita petik dari gerakan ini adalah mengajarkan kita untuk bersyukur. Anak-anak tanpa orang tua atau keluarga dapat mengetahui bahwa mereka tidak sendirian. Bukan hanya mereka saja yang mempunyai kesalahan dalam hidup ini. “Hanya kita yang tahu bahwa ada orang yang berjuang di bawah kita,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum FMP 2023, Benyamin Mbo’oh mengatakan, kegiatan komunitas disabilitas merupakan bagian dari rangkaian festival Merah Putih. Komunitas difabel memanggil anak-anak di panti asuhan dengan sebutan paman, menari, Mereka mengunjungi Panti Asuhan Ar-Rahmah untuk mendampingi anak-anak di panti asuhan dengan memberikan senam kelompok dan santunan.
“Dalam kampanye ini kami ingin memberikan inspirasi kepada generasi muda panti asuhan, khususnya dari komunitas penyandang disabilitas, yang mempunyai potensi untuk dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini teman-teman komunitas difabel, “Kami datang untuk memberikan sesuatu kepada adik-adik panti asuhan. Hari ini mereka memberikan semangat kepada adik-adik,” ujarnya.
“Kita mungkin mempunyai keterbatasan namun baru kali ini komunitas disabilitas melakukan sesuatu dengan kapasitas yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa untuk melakukan pekerjaan sosial. Kali ini, mereka terutama bersiap untuk mencapai sesuatu. Ini memberi mereka keyakinan bahwa mereka punya potensi dan bisa bermanfaat bagi orang lain,” tutupnya.
Baca artikel edukasi menarik lainnya di tautan ini.