Jakarta – Para arkeolog telah menemukan sisa-sisa manusia berusia 1.000 tahun di kuburan massal dekat Kiev, Ukraina.
Kerangka ini dihiasi dengan cincin di leher dan ember di kaki mereka, memberikan gambaran sekilas tentang kehidupan di Eropa Timur selama Abad Kegelapan.
Dalam laporan Live Science tanggal 5 Maret 2024, lebih dari 107 kerangka telah ditemukan di tempat yang diyakini sebagai pemakaman kafir atau pra-Tuhan.
Penemuan ini memberikan informasi berharga tentang periode 1.000 tahun sejarah Eropa antara jatuhnya Kekaisaran Romawi dan awal Renaisans Italia.
Di dalam kuburan, para peneliti menemukan kapak, pedang, tombak, perhiasan, gelang dan sisa-sisa makanan.
Senjata-senjata tersebut menunjukkan bahwa orang-orang yang dikuburkan di sana adalah bagian dari Kievan Rus, sebuah federasi politik abad pertengahan di Eropa timur laut dan Belarus modern.
Penemuan ini memberikan wawasan baru mengenai kehidupan dan budaya masyarakat Slavia Timur selama Abad Kegelapan.
Sebuah altar batu, yang ditemukan di situs tersebut, digunakan untuk ritual pagan atau Kristen awal.
Ivakin mempresentasikan temuan penelitiannya dan Baranov mempresentasikan temuannya pada pertemuan tahunan Institut Arkeologi Amerika yang diadakan di Chicago pada awal Januari, menurut laporan Live Science.
Para peneliti mengatakan kuburan tersebut dipenuhi dengan kerangka pria dan wanita, namun hanya wanita yang dihiasi dengan cincin leher yang rumit, yang “tampaknya menjadi semacam penanda sosial,” kata Ivakin dan Baranov.
Sebuah ember kayu ditemukan di kaki kerangka di beberapa kuburan laki-laki, kemungkinan merupakan bagian dari ritual penguburan.
Beberapa artefak serupa dengan yang ditemukan di Baltik, lapor Live Science. Volodymyr Agung, yang masuk Kristen sekitar tahun 987, menguasai wilayah yang membentang hingga Baltik.
Temuan ini berbicara tentang perubahan agama dalam sejarah Ukraina dan masuknya agama Kristen di Eropa Timur. Baranov mengklaim bahwa temuan tersebut berasal dari akhir Zaman Viking, periode ketika Ukraina terlibat dalam proses umum di Eropa utara.
Ia menyatakan bahwa temuan tersebut “cocok dengan proses sejarah pan-Eropa di Eropa dan sekali lagi menunjukkan pentingnya mempelajari sejarah pan-Eropa secara keseluruhan dan masyarakat Eropa dalam konteks umum”.