Blora – Keluarga korban terorisme di Blora, Jawa Tengah, meminta perlindungan polisi terkait penganiayaan yang dialami anak mereka.
Ayah korban (Socardi) saat ditemui di rumahnya mengaku haru saat pertama kali mendengar kabar penyerangan terhadap anaknya. Segera hubungi wali kelas anak Anda untuk meminta informasi mengenai pengawasan dari pihak sekolah.
Dia berkata: “Ketika saya melihat video itu, saya sangat marah ketika saya mengatakan kepadanya di rumah bahwa masalah tersebut segera diselesaikan.” Rabu, 24 Maret 2024.
Sehari setelah kejadian, pihak sekolah memanggilnya untuk menemui korban. Kemudian pihak sekolah dan pihak keluarga tidak mau mengadilinya, karena pelaku masih anak-anak.
“Saat itu kepala sekolah memanggil ketujuh anak yang mengakui kesalahannya, saya tidak mau mengulangi kejadian yang saya alami, saya minta mereka menyuruh saya untuk memukuli mereka, agar mereka tahu bahwa mereka melakukan pengabdiannya. kepala sekolah.” Dia menjelaskan bahwa mereka telah menyegel pelaku.
Pada Kamis, 22 Februari 2024, salah satu pelaku setelah dipanggil guru BK menampar korban saat hendak pulang sekolah. Mereka mengancam korban dan memintanya untuk membeli rokok.
“Salah satu anak mengancam anak saya dan bertanya kepadanya: ‘Jangan khawatir, saya bahkan akan melawan ayahmu.’ Ini untuk menjelaskan.
Ia menambahkan, atas kejadian tersebut pihaknya mendatangi Polsek Jabbah untuk meminta keamanan pihak kepolisian. Kegagalan melaporkan kecelakaan tersebut.
Ia menjelaskan, “Meski sudah ada surat pelepasan dari pihak sekolah, namun korban melanggar surat penutupan tersebut. Oleh karena itu, saya mencari perlindungan kepada polisi agar dapat melindunginya dari orang yang melakukan pemukulan jika pemukulan terjadi di luar sekolah.
Perlu diketahui, pernah terjadi kasus perundungan terhadap siswa kelas 9 SMP di wilayah Gabah. Temannya lah yang disiksa dengan memukul kepala, bahkan mengancam korban.
Video berdurasi 14 detik yang beredar memperlihatkan korban tertidur di meja kelas sambil menunggu pelajaran selanjutnya. Kemudian ketiga temannya datang dan memutuskan untuk membangunkan orang yang baru saja mereka lakukan, lalu mereka memukul kepalanya.
Kita melihat seorang anak berseragam sekolah di kelas, curiga dirinya menjadi korban perundungan oleh teman-temannya. Mereka memukul kepalanya, mengumpatnya, dan menginjaknya hingga jatuh.
Pelajar berusia 16 tahun yang menjadi korban justru melakukannya, ia menyerah, menundukkan kepala dan melindungi kepalanya dengan tangan. Dia duduk di kursi dan melihat ke meja.
“Woi tangi woi, woi tangi woi,” teriak seseorang dalam dua video pendek.
Laporan: Agung Balora televisi satu
Baca artikel edukasi lainnya di link ini.