JAKARTA – Setiap keluarga mempunyai cara hidup masing-masing dalam segala aspek: mulai dari ekonomi, sosial hingga pemahaman budaya dan agama. Setiap orang tua juga mempunyai caranya masing-masing dalam mendidik anaknya atau memberikan tugas dan aturan di rumah. Namun di balik itu semua, ada satu benang merah yang menghubungkan bagaimana keluarga di satu negara berbeda dengan keluarga di negara lain.
Keluarga Indonesia telah mencapai hasil yang mengejutkan dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Menurut studi HILL ASEAN, Indonesia merupakan negara dengan persentase tertinggi di ASEAN (84 persen) yang meyakini bahwa pendidikan agama atau keyakinan adalah kunci menjadi manusia yang baik dan bermartabat. Kajian dilakukan melalui survei kuantitatif dan survei di 6 negara ASEAN, yaitu Thailand, Indonesia, Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Singapura.
Selain itu, banyak orang tua di Indonesia yang juga menerapkan pola asuh model atau pola asuh progresif, dimana mereka menciptakan cara pengasuhan sendiri namun tetap menjaga tradisi dan keyakinan agama.
“Studi ini menemukan bahwa keluarga Indonesia dikenal sebagai ‘penenun berdedikasi’, menekankan keseimbangan antara barang-barang modern dan kepercayaan tradisional. Mereka berkomitmen pada agama atau keyakinan, serta generasi dan keluarga,” jelas Ketua Hakuhodo International Indonesia Irfan. Ramli. pada konferensi pers di Jakarta, Rabu 26 Juni 2024
Berdasarkan hal tersebut, tidak heran jika banyak keluarga di Indonesia yang menginginkan anaknya tumbuh menjadi orang yang cerdas beragama atau sering disebut dengan “anak beragama”. Mereka sudah dibekali ilmu agama dalam waktu singkat.
Negara-negara ASEAN tidak hanya memiliki aspek keagamaan, tetapi juga tradisi kekeluargaan yang masih kuat hingga saat ini.
Pertama, keluarga adalah yang paling dapat diandalkan secara finansial dan emosional. Anggota keluarga dapat saling percaya sekarang dan di masa depan.
Kedua, anggota ASEAN memandang ikatan keluarga sebagai paspor sosial. Mereka menghargai nilai-nilai dan prinsip-prinsip kekeluargaan, menganggapnya sebagai kunci untuk mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang kuat dan mewariskannya kepada generasi berikutnya. Keyakinan ini membuat mereka beranggapan bahwa orang yang berkeluarga dianggap mempunyai akhlak yang baik dan diterima masyarakat.
Terakhir, fleksibilitas kerja sangat penting untuk kesejahteraan keluarga. Sebagian besar anggota ASEAN percaya bahwa kekuatan keluarga didasarkan pada kesetaraan. Ini bukan pembagian 50:50, melainkan fleksibilitas yang memungkinkan setiap anggota keluarga berkontribusi sesuai kemampuannya dan merasa dihargai karenanya. Keseimbangan kekuatan ini akan membantu menjaga keharmonisan keluarga.