Pasukan Maung Siliwangi TNI Beraksi di Gurudug, Raja Aibon Kogila Diteriaki Emak-emak…

VIVA – Kejadian langka terjadi sore itu di Desa Gurudug, Kecamatan Pondok Salam, Purwakarta, Jawa Barat.

Di tengah teriknya siang hari, usai salat, ratusan warga mulai dari bapak, ibu hingga anak-anak berkumpul di lapangan sepak bola Desa Kurudug.

Ada yang datang dengan sepeda motor, banyak yang berjalan bersama anak-anaknya menyusuri jalan berkerikil menuju persawahan.

Hal ini menjadi hal yang luar biasa karena hingga saat ini lapangan di pinggir hutan (hutan) tersebut masih jarang dikunjungi warga, setidaknya hanya oleh kalangan remaja dan dewasa muda yang ingin berlatih sepak bola.

Di tengah alun-alun sisi barat, didirikan tenda hijau khas tentara Indonesia.

Di pinggir ladang dekat pepohonan, tampak ibu-ibu, bapak-bapak, dan prajurit TNI berebut asap untuk mengendalikan api pemanas nasi yang digantung di batang kayu di atas kompor.

Terkadang kita mendengar lelucon, terkadang kita mendengar teriakan ibu-ibu yang lupa menambahkan bumbu pada masakannya.

Saat duduk di tenda TNI, Lettu CKM dr. Bergabunglah dengan Tim Kesehatan Rumkitban dan tenaga medis Puskesma untuk melayani puluhan warga yang mengantri untuk pemeriksaan kesehatan.

Tenda ini diserang warga karena hingga saat ini warga Desa Dryug belum memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan yang memadai. Karena tidak ada puskesmas, maka rumah sakit tersebut jauh dari kota.

“Anak saya demam, alhamdulillah dia datang wajib militer, ada obat gratis, dia bisa ke Puskesmas di kota yang jauh, jadi biasanya kalau anak sakit, dia bisa cari obat kalau di toko obat tidak ada.” desa. Saya berterima kasih kepada TNI,” ujarnya.

Kembali ke bawah pohon. Maka untuk memadamkan api, asap dan benteng, ibu-ibu dan prajurit TNI mengikuti lomba lompat yang diselenggarakan oleh Komandan Satuan Militer (Dandim) 0916/ Purwakarta, Letkol Inf Ardiansyah alias Raja Aibon Kogila.

Tim yang mewakili desa di desa kering, syarat lombanya adalah setiap tim harus warga sipil dan prajurit TNI yang sedang mengikuti program 120 Gedung Manunggal Desa (TMMD) TNI.

Jadi warga memilih tentara mana yang akan bergabung dalam kelompok tersebut, dan tentunya yang terpilih adalah tentara yang mereka kenal atau kenal. Mereka sering minum kopi bersama, makan bersama dan banyak membantu.

Padahal, perlombaan ini merupakan salah satu bentuk kedekatan masyarakat Desa Kurudug dengan pasukan Maung Siliwangi. Namun TMMD ke-120 hanya berlangsung selama satu minggu.

“Ini hasil yang kita inginkan dari pelaksanaan TMI ini bukan hanya secara fisik, tapi ini merupakan bentuk kerjasama dengan masyarakat bagaimana menunjukkan kekompakan masyarakat dengan TNI. Ini yang ingin saya dorong, kita berkompetisi menari,” kata Kolonel Ardi alias Raja. Kata Aibon kepada Kogil.

Singkat cerita, semua nasi sudah matang beserta lauk pauknya, lalap dan sambalnya. Peserta juga akan mempresentasikan hasilnya di tempat yang telah disiapkan khusus. Baru-baru ini juri yang terdiri dari Petugas Kodem 1619/Purwakarta, Kapten Rasam, Kepala Desa, Babinsa, Babinkamtibmas, Tokoh Pemuda dan beberapa orang yang ditunjuk memulai persidangan.

Saat juri menyampaikan putusannya, keempat warga desa tersebut bergantian menyanyikan lagu-lagu kreatif bersama para prajurit TNI. Semua orang di alun-alun berteriak dan berteriak, semakin menyebarkan suasana kegembiraan dan kegembiraan.  

Usai penilaian, semua makanan disiapkan sambil melanjutkan makan bersama. Dandim Purwakarta dan prajuritnya duduk sejajar dengan orang-orang di depan meja. Tidak ada jarak di antara mereka. Dari orang tua hingga anak-anak, semua berkumpul. 

Pemenang putarannya adalah 3. Tapi semua orang mendapat hadiah. Jadi ada tambahan tergantung siapa yang menang. Mereka semua lelah, jadi mereka semua mendapat hadiah. Ini setelah bismillah. ayo lanjutkan makannya.” Aybon memimpin doa sahur.

Prabu Aibon makan bersama anak-anak dan berbaur dengan masyarakat dan prajurit TNI di rerumputan persawahan.

Setelah makan bersama, hadiah dibagikan. Kelompok ini diakhiri dengan sesi foto. Namun banyak warga sipil, terutama perempuan, yang tampaknya merupakan penggemar Raja Aibo, lulusan Akademi Militer 2004, sebuah foto penggemar baru.

Kisah balapan…

Balapan terakhir adalah Prabu Aibo sendiri lho. Mengapa Anda memilih kompetisi tari? …

Ceritanya, suatu hari Prabu Aibon TMMD 120 sedang ngopi bersama para prajurit dan masyarakat di depan masjid, simbol rehabilitasi sosial desa Drudug.

Untungnya, ada ibu Bothram di salah satu rumah, dan mereka disambut oleh Raja Aibon dan langsung berteman. Rupanya ibu-ibu itu berjanji akan menemui Prabu Aibon.

Keesokan paginya diketahui bahwa ibu-ibu tersebut tidak berbohong, dan pada siang hari mereka langsung mengajak Raja Aibon dan anak buahnya untuk makan nasi yang sudah dimasak.

“Ayo Pak Dundee, coba nasi gorengnya. Lauknya cuma ikan asin, teri, tempe, sambal, dan lalapan yang dipetik dari kebun lho, satu-satunya yang ada di desa ini,” ajak Teh. . Ay, salah satu perempuan dari Desa Kurudug hingga Raja Aibon Kogil.

Ternyata, nasi livit tersebut merupakan ucapan terima kasih atas keikhlasan dan kejujuran para prajurit yang berjuang siang malam membangun desa induk. Jadi, sukarelalah melakukan sesuatu bersama.

Yang menarik perhatian Prabu Aibo, ia langsung memakan nasi yang diberikan kepadanya tanpa ragu atau malu.

“Sausnya enak Bu, bau, saya tidak menambahkannya ke makanan saya,” kata Aibon sambil mengambil lebih banyak nasi dari panci dan menyapa para wanita.

Memang, sejak terbentuknya TMMD, Raja Aibon telah berpesan kepada pasukannya untuk tidak hanya fokus pada pembangunan fisik bangunan saja. Namun yang paling penting dan mendasar adalah membangun Persatuan Kekuatan dan Persatuan Rakyat (UNU) yang berkelanjutan.

Sebagai informasi, tujuan fisik TMMD adalah membangun jalan, waduk air, perbaikan masjid, dan perbaikan rumah tidak layak huni.

Dengan begitu, alhamdulillah para prajurit mampu melaksanakan perintah Aibo. 

Dari Komando Distrik Militer (Kodim) 0619/Prajurit TNI Purwakarta membuktikan bahwa persatuan rakyat dengan TNI bukan sekedar slogan melainkan tambahan.

Meski TMMD hanya bekerja dengan jari, namun memiliki prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas TMMD Kodim Purwakarta memberikan banyak manfaat bagi masyarakat.

Pasalnya, sejak TMMD, para prajurit bekerja keras dan mengeluarkan keringat hanya untuk menyelesaikan pembangunan jalan yang menjadi tujuan fisik utama di TMMD.

Namun seringkali dana tersebut dihabiskan untuk komunikasi komunitas dan hubungan sosial.

Setiap pagi para pesilat Maung Siliwangi mengikuti olah raga bersama masyarakat sebelum memulai gulat pasir dan semen.

Saat istirahat makan siang, para prajurit hanya berbaur dengan massa sambil minum kopi atau makan. 

Mereka bernyanyi bersama di malam hari, ada yang mengawasi kantor desa, ada yang sengaja berkunjung ke rumah warga, ada yang membaca Al-Qur’an bersama, dan lain-lain.

Kehadiran TNI di tengah masyarakat, khususnya yang ditunjukkan oleh pasukan Maung Kodam Siliwangi di Desa Gurudug, membuktikan bahwa TNI merupakan bagian integral dari masyarakat. 

Karakternya tulus dan dia akan dirindukan karena manfaat yang diberikan publik atas apa yang telah dia lakukan. Hal ini juga membuktikan bahwa prajurit TNI selalu bertindak berdasarkan Pancasila dengan Santa Marga, Sumpah Prajurit dan delapan tugas TNI. Jaya selalu Tentara Siliwangi, Jaya TNI. 

Dimanapun berada, prajurit TNI akan selalu bertindak dan mengutamakan rakyat, sehingga rakyat semakin bangga dan cinta TNI dan Indonesia.

SILIVANGI!!!

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *