GUNUNGKIDUL – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sepakat membenahi komentar KH Raden Ibnu Hazare Sholeh Pranolo (Mbah Benu), pimpinan jamaah Masjid Alia Gunungkidul pada Jumat, 5 April, 1 Syawal 1445 Hijriah 2020.
Antara, oleh Presiden PBNU Ahmed Fahrurozi pada Senin, 8 April 2024: Hal ini sungguh mengkhawatirkan dan perlu dihentikan dan tidak terjadi lagi.
Pria yang merupakan Wakil Sekretaris Jenderal (wasekzen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini menyarankan, umat Islam harus menggunakan hikmah dan akal dalam menerapkan ajaran agama sesuai syariat yang benar.
Ia menambahkan, tidak boleh mempermainkan ajaran Islam dan berbicara langsung kepada Allah SWT.
Ia meyakini agama merupakan aspek penting dalam kehidupan umat Islam sehingga tidak bisa dianggap enteng. Lebih lanjut, ia mengakui adanya komunikasi langsung dengan Sang Pencipta
“Pada dasarnya salat Islam harus berpedoman pada hukum syariah yang dipahami secara ilmiah dengan menggunakan standar ajaran Islam yang logika dan jalannya jelas. Semuanya harus ilmiah dan rasional serta dapat dibuktikan efektivitasnya.”
Fahrurozi Gunungkidul Padukhan menghimbau agar umat Islam yang tinggal di Panggong dapat memahami Islam dengan baik dan memaknai perkataannya serta bertanggung jawab.
Ia kemudian melanjutkan, bagi mereka yang mengaku bisa berkomunikasi langsung dengan Tuhan, diimbau untuk tidak mudah percaya.
Kesimpulannya: Dalam ajaran Islam, benar dan salahnya seseorang hanya dapat diukur melalui sistem syariah berdasarkan Al-Qur’an, Hadits, Qiyas dan Ijma Ulama.