Beijing, 16 Juni 2024 – Ada pemain baru yang memasuki dunia otomotif Indonesia dengan fokus pada kendaraan listrik. Perusahaan otomotif asal China Hozon Auto resmi mengakuisisi investasinya di Indonesia melalui PT Neta Auto Manufacturing Indonesia.
Langkah tersebut disambut baik oleh pemerintah Indonesia yang sedang gencar menggalakkan produksi kendaraan listrik dalam negeri. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasmita menyampaikan ketertarikan dan apresiasi atas komitmen Hozon.
“Investasi ini diharapkan dapat mendukung laju produksi kendaraan listrik di Indonesia,” ujarnya saat berkunjung ke kantor perwakilan Hozon Auto di China, demikian keterangan resmi Titik Kumpul Otomotif.
Selain itu, Menteri Perindustrian Agus berharap NETA dapat menjadikan Indonesia sebagai basis produksi dan pusat ekspor kendaraan listrik, khususnya kendaraan setir kanan.
Harapan ini sejalan dengan tujuan ambisius pemerintah Indonesia. Tujuan mereka adalah mencapai 600.000 unit kendaraan listrik di Indonesia pada tahun 2030. Memiliki Hozon dengan kapasitas produksi 30.000 unit per tahun tentu menjadi angin segar untuk mencapai tujuan tersebut.
Pemimpinnya sendiri tidak datang dengan tangan kosong. Mereka sudah memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 40 persen di Indonesia. Artinya, sebagian komponen mobil listrik tersebut akan diproduksi di Indonesia sehingga berkontribusi terhadap pengembangan industri pendukung industri otomotif dalam negeri.
Komitmen seorang pemimpin tidak berhenti sampai disitu saja. Mereka berencana meluncurkan dua model kendaraan listrik di Indonesia, Neta V dan Neta X. Strategi ini tidak hanya untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri, namun juga pasar regional.
“Juni ini kami akan memproduksi Neta V secara massal di Indonesia, dan pada bulan Juli kami akan memproduksi Neta dari departemen bisnis luar negeri, Zhou Jiang.
Neta melihat peluang ekspor yang besar di negara-negara ASEAN dan Oseania karena mereka menggunakan kendaraan setir kanan seperti Indonesia.
Australia, sebagai negara dengan populasi besar dan pengguna kemudi kanan, kemungkinan besar menjadi sasarannya. Jika produksi mobil listrik neta bisa dimaksimalkan di Indonesia, maka ekspor ke Australia akan lebih efisien dan menguntungkan.
Untuk memperkuat penetrasi pasar, Neta berencana membuka 50 titik penjualan di Indonesia pada tahun ini. Langkah ini tentunya akan memudahkan konsumen Indonesia dalam mengakses dan mempelajari produknya.