Pentingnya Akses Layanan Kesehatan Berkualitas bagi Ibu Hamil di Daerah Terpencil

Jakarta, Titik Kumpul – Tantangan global yang dihadapi dunia saat ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Krisis lingkungan yang semakin serius, mulai dari penggundulan hutan hingga polusi dan perubahan iklim, berdampak langsung pada kehidupan jutaan orang di seluruh dunia. Di sisi lain, akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas masih menjadi masalah serius, terutama bagi masyarakat di daerah terpencil dan kurang terlayani.

Upaya untuk menghadapi tantangan ini memerlukan pendekatan terpadu yang mencakup berbagai sektor, mulai dari pemerintah, dunia usaha, hingga masyarakat sipil. Bergerak lebih jauh, oke?

Upaya untuk mengatasi tantangan lingkungan dan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan berkualitas tidak dapat dipisahkan dari peran inisiatif yang ditujukan pada solusi inovatif. Contoh nyatanya adalah program Transform, sebuah akselerator dampak yang dipimpin oleh Unilever, Departemen Luar Negeri dan Pembangunan Pemerintah Inggris (UK FCDO) dan Ernst & Young (EY), yang bekerja sama dengan Pusat Pendanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk memfasilitasi pertumbuhan startup. -Perkembangan inovasi sosial dan lingkungan.

Krisis lingkungan hidup seperti perubahan iklim, kerusakan lahan dan degradasi sumber daya alam memerlukan solusi yang tidak hanya ramah lingkungan namun juga melibatkan masyarakat luas dalam upaya konservasi. Salah satu start up yang berhasil meraih hibah program Transform Bestari Challenge adalah PT Kudeungoe Sugata. Perusahaan ini mengambil pendekatan holistik dalam mengelola rantai pasokan kakao fermentasi yang berkelanjutan. Selain mengurangi emisi karbon dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, Sugata juga menciptakan inklusivitas di sektor pertanian dengan mendorong partisipasi perempuan dan pemuda dalam proses produksi.

Selain itu, start-up lain seperti Elevarm juga berperan dalam mengatasi tantangan lingkungan melalui pengelolaan kotoran hewan. Dengan inovasi kascing, mereka mengubah kotoran sapi menjadi pupuk organik yang kaya nutrisi untuk tanah. Solusi ini tidak hanya mengurangi limbah hewan, namun juga membantu merevitalisasi lahan terdegradasi, sehingga meningkatkan produktivitas pertanian dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang berbahaya bagi lingkungan.

Inisiatif-inisiatif ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), yang bertujuan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan sekaligus melindungi lingkungan. Selain menghadapi tantangan lingkungan hidup, upaya untuk meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas juga merupakan tantangan penting lainnya, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Banyak daerah pedesaan terpencil masih kesulitan mengakses layanan kesehatan yang memadai. Masalah ini semakin diperburuk dengan kurangnya infrastruktur layanan kesehatan dan terbatasnya tenaga medis di wilayah tersebut.

Salah satu inisiatif yang menawarkan solusi terhadap permasalahan ini adalah TeleCTG yang memenangkan hibah Bestari Transform Challenge. TeleCTG menawarkan teknologi berbasis telemedis yang dirancang untuk membantu ibu hamil di daerah terpencil. Dengan teleCTG, ibu hamil dapat mendeteksi secara dini faktor risiko kesehatan yang dapat membahayakan dirinya dan janin yang dikandungnya. Inovasi ini diterapkan di Puskesmas di berbagai daerah, memfasilitasi kolaborasi antara fasilitas pelayanan kesehatan primer dan rumah sakit rujukan, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang sebelumnya sulit dijangkau.

Inovasi seperti yang diterapkan oleh TeleCTG merupakan langkah penting dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 3, yang berfokus pada memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan di segala usia. Teknologi ini memungkinkan tenaga medis untuk memberikan layanan kesehatan dari jarak jauh, yang sangat bermanfaat bagi masyarakat yang tinggal di daerah dengan infrastruktur kesehatan yang terbatas. Selain itu, teknologi ini mengurangi beban fasilitas kesehatan yang kewalahan melayani terlalu banyak pasien di kota-kota besar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *